Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Selasa, 06 Desember 2011

Tim Siluman Mainkan BBM


TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), terutama solar dan premium di Batam Kepulauan Riau akhir-akhir ini begitu akut. Tak heran kondisi itu telah menjadi keprihatinan masyarakat umum.
Yang mengejutkan, di tengah kuatnya tekanan agar masalah ini segera ditangani, di kalangan pengusaha minyak di Batam kini juga santer beredar istilah adanya permainan tim siluman.
Sebutan tersebut begitu populer karena diduga melibatkan oknum "orang dalam" yang menjalin kerja sama dengan sejumlah pengusaha di Batam. Berdasarkan investigasi yang dilakukan Tribun Batam, jaringan inilah yang memiliki peran besar dalam memainkan kondisi BBM di wilayah Batam, bahkan di perairan sekitar Kepri.
Diberitakan selama ini, kelangkaan BBM yang sangat parah di Batam terjadi sekitar sebulan lalu. Antrean disejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang masih memiliki stok mengular hingga ratusan meter. Sedangkan SPBU lainnya tutup karena stok sudah habis.
Pemerintah Daerah (Pemda) bersama stakeholder yang lain turun tangan dengan melakukan koordinasi, hingga akhirnya dibuka satu SPBU khusus nonsubsidi yang diperuntukkan bagi kendaraan industri. Namun demikian, kelangkaan masih terus terjadi. Sejumlah SPBU di Batam seakan secara bergiliran mengalami kekosongan stok.
Pihak Pertamina yang telah melakukan hearing dengan DPRD Kota Batam, Rabu dan Kamis pekan kemarin memaparkan, kondisi ini terjadi karena adanya pengurangan jatah ke SPBU menyusul menipisnya sisa kuota tahun ini. Pengaturan ini ditempuh sebagai langkah untuk mengamankan sisa kuota hingga akhir tahun 2011. Pertamina mengakui, selama ini kuota untuk Batam jebol karena kurangnya kontrol terhadap permintaan yang ada.
Benarkah jebolnya kuota karena permainan oknum dan tim siluman itu? Seorang sumber Tribun Batam, pekan kemarin, menuturkan bahwa modus ope randi oknum-oknum ini tidak saja bekerja sama dengan pengusaha nakal di darat, namun juga dengan pengusaha nakal di laut. Untuk pengusaha di darat, oknum ini biasanya menyuplai BBM bersubsidi ke pengusaha nakal (penampung) di masyarakat dengan harga Rp 5.000 per liter.
"Pengusaha yang memperoleh BBM tersebut kemudian menjualnya kembali ke bebera-pa industri dengan harga Rp 8.500 hingga Rp 9.500," jelas sumber Tribun yang juga seorang pengusaha tersebut.
Bahkan berdasarkan informasi yang diperoleh Tribun Batam di lapangan, nyaris mencapai sepertiga BBM yang diperuntukkan bagi masyarakat Batam diselewengkan kepada mereka yang tidak berhak. Sebagai salah satu indikasinya, di saat kelangkaan BBM mendera masyarakat, ternyata BBM di sejumlah penampungan milik pengusaha di luar SPBU justru berlimpah-limpah.
"Hal ini sengaja dilakukan agar bisa dijual kembali ke beberapa perusahan industri dengan harga yang cukup mahal. Bahkan sampai saat ini beberapa industri terus menggunakan solar ilegal itu dalam aktifitasnya, seperti perusahan galangan kapal. Informasi mereka, pasokan solar masih lancar, namun harganya naik dari seperti biasanya," tambah sumber tersebut.
Biasanya pihak perusahan industri membeli solar ilegal itu dengan harga Rp 8.500 per liter. Namun saat ini naik menjadi Rp 12.000 per liter. Naiknya harga solar yang digunakan oleh sejumlah industri itu dibenarkan salah seorang petugas di kawasan industri di Tanjunguncang, Sagulung Batam.
"Kita masih lancar mendapatkan solar bang. Tapi bukan beli sama Pertamina. Ada pengusahanya yang ngantar. Semenjak BBM langka di Batam, sekarang harganya naik. Tapi tidak apa-apa, asal lancar,” ujar salah seorang manager di salah satu perusahaan galangan kapal di wilayah Tanjung Uncang Batam, pekan lalu.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom  |  Sumber: Tribun Batam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar