Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Selasa, 06 Desember 2011

Hmmm...Pendekatan Kekerasan Tak Mempan, Kini Yoga Digunakan sebagai 'Senjata' Taklukkan Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Sekutu dengan kekuatan militernya dianggap 'kurang berhasil' menciptakan damai di Afghanistan. Kini, aktivis sosial mencoba cara baru untuk mematahkan siklus kekerasan di Afghanistan: yoga dan meditasi.


"Dalam tiga puluh tahun perang, kita sudah mencoba segalanya dan tidak ada yang berhasil," kata Amandine Roche, yang percaya lebih baik untuk mencoba membebaskan pikiran dari rasa dendam daripada melucuti pejuang di bawah todongan senjata.

Organisasinya, Amanuddin Foundation, aktif mempromosikan semangat anti-kekerasan dengan mengajarkan teknik bersikap tenang.

Secara cuma-cuma, ia mem buka kelas di mana ia mengajarkan yoga dan meditasi untuk pria, wanita, anak-anak, polisi, tentara, dan mantan gerilyawan Taliban.

"Ini adalah solusi baru untuk masalah lama. Perang dimulai dalam pikiran manusia. Maka perdamaian pun dimulai dalam pikiran manusia. Anda tidak dapat membawa perdamaian dengan sarana perang. Sesederhana ini sebenarnya," katanya.

Konflik paling baru, yang dimulai dengan menggulingkan pimpinan pemerintahan Taliban pada 2001, telah menewaskan ribuan tentara dan warga sipil, dan biaya puluhan miliar dolar. Menurut angka PBB, 2011 adalah tahun paling keras sejak perang dimulai, dan semuanya, Roche berpendapat, menunjukkan bahwa upaya militer dan diplomatik Barat tidak bekerja. "Proyek saya mungkin terlihat gila, tapi apa yang lebih gila dari ini?"

Kunci untuk pekerjaannya adalah gagasan bahwa perdamaian tidak bisa dipaksakan dari luar, tetapi harus datang dari dalam individu, katanya. "Saya telah menjadi yakin bahwa antikekerasan bukan cara terbaik untuk Afghanistan."

Anak muda Afghanistan, kini banyak yang mengikuti kelasnya. "Ketika saya melakukan latihan yoga saya lupa semua rasa sakit saya dan saya merasa nyaman," kata Masoda, bocah berusia 12 tahun di salah satu kelas Roche untuk anak-anak di ibukota Kabul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar