TRIBUNNEWS.COM, NAGREG - Puluhan pedagang di Lingkar
Nagreg terancam gulung tikar. Mereka tak bisa berjualan seharian,
lantaran tidak memiliki lampu penerangan yang memadai.
Akibat
tidak dilengkapi lampu penerang, warung-warung yang mayoritas milik
warga Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat,
dinilai sebagai warung remang-remang.
Karena takut dituding membuka warung remang-remang, para pedang memilih tidak berjualan ketika malam hari.
"Banyak
yang menganggap warung kami menjadi tempat mesum, karena kami hanya
mengandalkan cempor (lampu minyak). Apalagi, lampu penerangan jalan umum
(PJU) nya tidak menyala," ujar Wawan, Kordinator Pedagang di Lingkar
Nagreg, ketika ditemui Tribun di kiosnya, Senin (5/11/2012) siang.
Wawan
menyayangkan sikap pemerintah yang dinilai membeda-bedakan pedagang.
Sebab, hanya pedagang dari daerah tertentu yang diberi pasokan listrik.
"Kami
seperti dianaktirikan. Pedagang ke arah Bandung bisa memasang listrik
dengan mudah, sedangkan kami tidak. Bahkan, pom bensin yang baru saja
dibangun sudah ada listriknya," ucap Wawan.
Para pedagang dari
Desa Ciherang, lanjutnya, pun siap membayar jika memang ada tagihan
listrik. Kokom (57), pedagang lain yang berjualan di Lingkar Nagreg,
mengaku hasil jualannya tak begitu menguntungkan, karena tidak bisa
berjualan pada malam hari.
"Sehari saya hanya dapat untung kotor
sebesar Rp 70 ribu. Saya berjualan kelapa muda. Saya berjualan hanya
hari libur panjang, terutama di akhir pekan," ungkap Kokom.
Ditemui
terpisah, Didin, Sekjen Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) yang
juga kordinator pedagang Desa Ciherang, membenarkan banyaknya keluhan
dari pedagang di Lingkar Nagreg.
"Kami membangun kios secara
swadaya. Tidak seperti yang lain harus membayar sejumlah uang. Karena
itu, pemasangan listrik di Lingkar Nagreg bawah ini ditunda melulu,"
tuturnya.
Didin mengaku sudah berulangkali mengajukan pemasangan listrik, namun belum pernah ditanggapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar