TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tangis Pardamenta Barus
alias Damen meledak setelah melihat, Nuryanti (35) tergeletak berlumuran
darah di ruang tamu rumah yang dihuni mantan istrinya, di Jalan Bunga
Cempaka Pasar III Padangbulan, Medan Selayang, Rabu (13/9/2012) malam.
Malam itu, pria yang telah bercerai dengan Yanti datang untuk
mengantar pulang Ismail Barus (10), sulung dari pernikahannya dengan
korban.
Damen mengaku malam itu berkali-kali menelepon mantan istrinya agar menjemput Ismail dari rumah kakeknya.
"Kutelepon-telepon dia (Yanti) tapi nggak dijawab, padahal dia mau jemput Ismail," kata Damen.
Saat
ditemukan, kondisi Yanti sangat mengenaskan. Terdapat dua tusukan di
leher, dan lima di tubuhnya. Namun saat itu, Yanti masih sekarat. Darah
berceceran di lantai.
Spontan Damen mencari putrinya, Nasuwa Aisyah Putri Barus (8), yang tinggal dengan Yanti sejak mereka bercerai setahun lalu.
Nasuwa ditemukan dalam kondisi sekarat berlumuran darah di bangku.
Dan dalam kondisi sekarat akibat 32 tusukan di tubuhnya, Nasuwa masih
mengucapkan identitas pelaku yang menganiaya dia dan ibunya.
''Nuel, nuel,'' ujar Damen menirukan ucapan Nasuwa saat ditemui di
lokasi kejadian, Kamis dini hari. Nuel adalah panggilan kerabatnya,
Immanuel Pranata Barus, yang masih duduk di kelas III SMK.
Damen langsung menghubungi adiknya, Tata Barus dan meminta Tata agar
menangkap Immanuel. Setelah itu, Damen membawa Yanti dan Nasuwa ke rumah
sakit terdekat. Namun dalam perjalanan, Yanti menghembuskan nafas
terakhir.
"Tadi aku ditelepon abangku suruh tangkap si Nuel," kata Tata saat ditemui di lokasi kejadian.
Bersama beberapa warga, Tata mendatangi kediaman orangtua Immanuel yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Awalnya, Immanuel sempat membantah dan tak mengakui perbuatannya.
"Nuel kami dapati sedang berada di rumah orangtuanya dan berpura-pura
tak ada kejadian," ucapnya.
Namun Tata ngotot mengejar Immanuel, karena dalam kondisi kritis, Nasuwa sempat melontarkan nama Immanuel.
"Si kecil (Nasuwa) itulah sempat bilang Nuel... Nuel. Makanya kami langsung mengejar Immanuel," katanya.
Tetangga Yanti, Sri Mirza, mengaku tidak tahu korban menerima tamu yang akhirnya membunuh ibu dan putrinya itu.
"Suaminya tiba-tiba datang dan langsung histeris, dan si kecil
(Nazuwa) menyebut nama Nuel...Nuel, makanya Tata dan warga langsung ke
rumah Nuel yang masih kelas 3 SMK," ucapnya.
Akhirnya Immanuel mengaku telah membunuh tantenya, Yanti dan Nasuwa.
Dan siswa SMK ini menyebut tiga temannya ikut terlibat, yakni Satria
Syahputra (18), Sugi Herman (21), dan Nanang Setiawan (16).
Ketiganya juga diringkus Tata bersama warga di kediaman
masing-masing. Petugas Polsekta Medan Sunggal yang mendapatkan informasi
adanya pembunuhan setelah melakukan olah TKP dan mengamankan Immanuel
dan tiga temannya yang lebih dulu tangkap warga.
Kapolsekta Medan Sunggal Bakhtiar Marpaung mengatakan keempat
tersangka telah merencanakan pembunuhan Yanti. Immanuel sebagai otak
pelaku dendam kepada korban karena ditagih utang.
Para tersangka dikenakan pasal 340 Subs 338 Jo 351 ayat 3 KUHP dengan
hukuman penjara seumur hidup. "Seumur hidup, bisa juga dengan hukuman
mati," katanya.
Mendengar hukuman mati, Nanang yang masih duduk satu kelas dengan
Immanuel meneteskan air mata dan berkeringat dingin. Nanang hanya
tertunduk dan terdiam dan mengeluarkan air mata saat ditanyai jurnalis.
Sedangkan jenazah Nuryati dikebumikan di dekat kediaman rumah orangtuanya di Jl Perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar