Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Rabu, 28 Desember 2011

Diprotes Rakyat, Putin Rendahkan Oposisi Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin, menuduh oposisi  kurang memiliki tujuan dan kepemimpinan. Dalam komentar pertamanya sejak protes massal terhadap pemerintahannya selama akhir pekan, mantan pemimpin KGB ini juga menjanjikan pemilihan presiden tahun depan akan berlangsung transparan.


"Masalahnya adalah bahwa mereka tidak memiliki program tunggal," katanya di hadapan organisasi pendukungnya, All Russia People's Front, Selasa (27/12). "Mereka memiliki banyak program individu, tapi tidak ada satu kesatuan dan tidak ada cara yang jelas untuk mencapai tujuan mereka. Yang juga tidak jelas, tidak ada orang yang mampu melakukan sesuatu yang konkret."

Sejak pemilihan parlemen dihelat dan  diwarnai kecurangan, Putin terus menghadapi aksi protes terbesar dalam 12 tahun kepemimpinannya. Sabtu pekan lalu, puluhan ribu rakyat Rusia kembali menuntut pemilihan parlemen kembali diulang. Hasil pemilu kemarin mengecewakan Partai Rusia Bersatu yang hanya mendapatkan sedikit mayoritas di parlemen.

Demonstrasi besar-besaran telah memunculkan oposisi Rusia yang terpecah-pecah, terpinggirkan oleh tahun-tahun pemerintahan Putin. Tetapi gerakan oposisi masih tidak memiliki pemimpin yang kuat. Putin mengatakan pengunjuk rasa berusaha untuk merongrong legitimasi pemilihan parlemen. Namun, ia menyerukan pemilihan presiden transparan yang dijadwalkan pada Maret 2012.

"Ketika situasi seperti ini muncul, selalu ada upaya untuk mendevaluasi dan melemahkan legitimasi dari segala sesuatu yang terjadi di ruang publik, termasuk yang terpenting, proses pemilihan. Oleh karena itu, segala sesuatu harus dilakukan dalam rangka untuk memastikan bahwa pemilihan umum dapat dimengerti, transparan dan obyektif," papar dia.

Pemantau internasional mengatakan, pemilu Desember diwarnai kecurangan untuk mendukung Partai Rusia Bersatu yang dipimpin Putin. Pemilihan parlemen kemarin dirusak oleh kasus-kasus pelanggaran pemungutan suara dengan kotak suara yang telah diisi dan lainnya.

Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, telah lebih dulu mengatakan akan melakukan penyelidikan atas tuduhan kecurangan pemilu melalui akun Facebook miliknya. Tetapi pengguna Facebook lain mencemooh janji Medvedev yang dianggap sebagai anak didik Putin.

Medvedev naik menjadi Presiden setelah Putin tidak bisa lagi menjabat karena sudah dua kali berturut-turut menjadi Presiden Rusia selama 2000-2008. Tahun depan, Medvedev telah menyetujui kesepakatan untuk bertukar posisi dengan Putin, yang ingin kembali berkuasa, untuk kemungkinan dua periode berikutnya hingga 2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar