TRIBUNNEWS.COM,PEKANBARU-- Sebelum menyelamatkan
diri ke masjid, Brigadir Satu (Briptu) Joko Bobianto yang penuh luka dan
berlumuran darah sempat diusir warga.
Mereka takut dan tak tahu Joko
adalah seorang polisi.
Kisah itu diceritakan Edi Norpio, penjaga Masjid Nurul Hijrah, Desa
Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar, kepada Tribun, Rabu (14/11). Edi lah
orang menyelamatkan Briptu Joko pertama kali, setelah polisi muda itu
nyaris meninggal dunia dianiaya rekan-rekannya sesama polisi, oknum
tentara, dan seorang bandar narkoba.
Dikira telah meninggal dunia, Briptu Joko dibuang komplotan ke kolam
pancing, kawasan Kubang Raya, Senin (12/11) malam. Untuk memastikan
korban sudah tidak bernyawa, seorang pelaku melepaskan tembakan ke arah
kolam. Tapi ternyata Briptu Joko masih hidup. Yakin situasi sudah aman,
ia keluar dari kolam dan mencari pertolongan.
Edi menuturkan, Selasa (13/11/2012) subuh itu baru saja usai
menjalankan shalat Subuh. Ia kemudian masuk ke kamarnya untuk
melanjutkan tidur. Ketika itulah ia samar-samar mendengar suara minta
tolong.
"Terdengar suara 'tolong saya Pak, saya mau dibunuh'. Mendengar itu
saya langsung buka pintu. Saya bawa dia (Briptu Joko) ke dalam ruangan
garim masjid," ujar Edi.
"Waktu itu saya kira masih ada orang yang mengejar dia, yang mau bunuh dia, makanya langsung saya kunci pintu," tambahnya.
Kepada Edi, ia mengaku bersembunyi di dalam kolam pancing dari Senin
malam sekitar pukul 20.00 hingga Selasa subuh, sekitar pukul 05.00.
Sebelum ke masjid, polisi yang bertugas di Sabhara Polresta Pekanbaru
itu mendatangi sebuah rumah yang tidak jauh dari lokasi kolam.
"Tapi ia diusir warga itu (penghuni rumah), mereka ketakutan melihat
kondisi Joko yang penuh luka dan berlumuran darah," ujar Edi.
Menurut Edi, Briptu Joko sempat mengambil kain panjang dan baju kaos
warna putih dari jemuran warga untuk menutupi tubuhnya yang saat itu
hanya menggunakan celana pendek. Baju seragam Briptu Joko sendiri telah
dilucuti para pelaku dan dibakar untuk menghilangkan jejak. "Sampai di
masjid, baju kaosnya sudah berlumur darah semua," papar Edi.
Di dalam kamar gharim itulah Briptu Joko menceritakan tindakan
penganiayaan yang nyaris merenggut nyawanya. Ia mengaku beberapa bagian
tubuhnya disayat menggunakan pisau cutter lalu luka itu ditetesi dengan
asam.
"Dia di dalam kamar seperti takut terus, dia minta pintu dikunci.
Dengar suara mobil langsung ketakutan. Di ajak melapor ke RT juga takut,
saya ajak berobat juga nggak mau. Kata dia, nggak usah dilaporkan sama
siapa. Jangan dilaporkan sama keluarga, takut keluarga terancam," ujar
Edi menirukan perkataan Briptu Joko.
"Dia cuma mau minum, kemudian saya berikan dua gelas air minum," kata dia.
Di saat bercerita kepada Edi, Briptu Joko kerap menangis. Ia
bersyukur dirinya masih selamat dari pembunuhan itu. Briptu Joko berada
di Masjid Nurul Hijrah, RT04/RW07 Desa Kubang Jaya, selama dua jam. Ia
kemudian dijemput petugas dari Polsek Siak Hulu dan kemudian dibawa ke
Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Pekanbaru untuk mengobati luka-lukanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar