TRIBUNNEWS.COM, SIANTAR - Tangis Lisna Hutapea pecah
setelah ambulans yang membawa jenazah orangtuanya, B Hutapea (60) dan
Rosmaulina br Simanjuntak (57) tiba di depan ruang Forensik RSUD dr
Djasamen Saragih, Minggu (9/9/2012) sekitar pukul 20.00 WIB.
Lisna Hutapea, anak kedua dari korban, bersama keluarga tampak tak
kuat. Sebagian nyaris pingsan melihat jenazah kedua orangtuanya yang
dibunuh secara sadis oleh adik kandung Lisna, Nelson Hutapea (30).
Anak keempat korban yang sudah duda ini diduga menghabisi ayah ibunya
di lokasi kejadian, Kampung Bargot Biri, Desa Rawasari, Dusun VII
Kecamatan Aek Kuasan, Asahan.
Ontes Rajagukguk mewakili keluarga, mengatakan, Nelson membunuh korban, Minggu pukul 02.00 WIB.
Usai menghabisi nyawa kedua orangtuanya, Nelson meninggalkan lokasi kejadian dan menggembok pintu dari luar.
"Ia (kabur) ke rumah ito-nya (saudara perempuan) di Bandar, tanpa
menceritakan apa-apa," ujarnya. Setelah itu, Nelson ke rumah Lisna di
Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur, Pematangsiantar, Minggu pukul
10.00 WIB.
"Dia (Nelson) mengatakan orangtuanya sudah meninggal karena berantam,
dan untuk itulah dia datang ke Siantar," ujar Ontes. Namun karena
curinga dengan gelagat Nelson yang mengenakan topi dan rambutnya tidak
lagi gondrong, Lisna meminta adiknya itu membuka topinya.
Ternyata ada lumuran darah di kepala dan di pakaian yang dikenakan pria tersebut.
"Memang (Nelson) agak depresi setelah pisah dari istrinya dua tahun
lalu. Kalau ada permintaannya yang tidak dipenuhi, akan marah," terang
Ontes.
Saat itu juga, kata Ontes, pihaknya menghubungi keluarga di sekitar
lokasi kejadian untuk membuka rumah yang tergembok dan memastikan yang
terjadi.
"Ditemukan kedua korban sudah tak bernyawa. Tubuh di dapur, dan pergelangan tangan terpisah di bagian tengah rumah."
Kondisi B Hutapea mengalami luka parah di kepala sehingga susah
dikenali. Sedangkan Rosmaulina br Simanjuntak mengalami sejumlah luka
tusuk di perut.
Dugaan sementara, Nelson tega melakukan pembunuhan karena
permintaannya tidak dipenuhi. Ia meminta sejumlah uang dari orangtuanya
yang tinggal seatap selama ini.
Saat ditemui wartawan, pria berbadan tegap dengan kepala plontos itu
terlihat linglung. Ia membantah membunuh kedua orangtuanya. Bahkan
kondisi celana pendek yang dikenakannya berlumuran darah.
"Itu darah ikan," katanya seakan tidak yakin.
Pria beranak dua ini, mengaku, telah lama pisah dengan istrinya Br Sihotang yang mengasuh kedua anaknya.
Ia mengaku ke Pematangsiantar dengan menaiki bus KUPJ dari Simpang
Pondok Aek Loba sekitar 16 Km dari kediamannya, untuk memberitahukan
kematian orangtuanya pada sang kakak.
Ia mengaku tengah berada di dalam kamar dan saat itu melihat
orangtuanya berantam. Setelah itu, ia meninggalkan rumahnya setelah
menggemboknya dari luar.
"Nggak tahu," ujarnya singkat saat ditanya apakah tahu siapa yang membunuh orangtuanya.
Bahkan saat ditanyakan penyebab luka di kepalanya, Nelson mengaku tidak mengetahuinya.
Informasi lain yang dihimpun, Nelson mengendarai sepeda motor milik
ayahnya ke Simpang Pondok. Sehari-harinya, Nelson bekerja sebagai buruh
harian lepas di perkebunan.
Dan kadang membantu orangtuanya di kebun milik keluarga. Kasat
Reskrim Polres Siantar AKP Azharuddin mengatakan, penyidik menahan
Nelson karena diduga sebagai pelaku pembunuhan.
"Kita mendapat laporan dari warga, kemudian anggota kita menjemput ke alamat warga tersebut," ujar Azharuddin.
Nelson dijemput dari rumah kakaknya Lisna di Kelurahan Siopat Suhu
Kecamatan Siantar Timur, Kota Pematangsiantar sekitar pukul 12.00 WIB.
Dari tangan Nelson, polisi menyita uang Rp 3.290.000 dan sebuah
handphone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar