REPUBLIKA.CO.ID, Seorang mantan analis CIA Ray McGovern mengatakan
Amerika Serikat (AS) dan Israel berusaha membuat alasan untuk menyerang
Iran dengan menggunakan informasi intelijen palsu. Taktik serupa yang
diadopsi AS untuk membenarkan perang terhadap Irak pada satu dekade
lalu.
"Seperti yang kita lihat 10 tahun yang lalu sehubungan
dengan Irak, jika seseorang bermaksud untuk menyiapkan dukungan untuk
perang, maka dia akan memerlukan alasan untuk itu," tulisnya dalam
sebuah artikel.
"Bagaimana dengan menyandingkan 'senjata pemusnah
massal' dengan terorisme. Alasan ini berhasil mempersiapkan perang di
Irak, dan dengan dasar retorika serupa untuk menyerang Iran sekarang
sedang diletakkan di Israel, "lanjut artikel tersebut.
Mengacu
pada serangan baru pada sejumlah wisatawan Israel di Bulgaria, McGovern
mengatakan, "Netanyahu memecahkan rekor dalam kecepatan menyalahkan Iran
dan Hizbullah" atas pengeboman itu.
Kepada Fox News,
Ahad (22/7) kemarin, Netanyahu menyatakan Israel memiliki 'bukti solid'
yang menunjukkan Iran terlibat dalam serangan di Bulgaria. Menurut dia,
Israel sejauh ini telah gagal untuk memberikan bukti keterlibatan Iran
dalam aksi terorisme di Bulgaria.
"Perdana Menteri Bulgaria Boyko
Borisov telah mengakui bahwa ia tidak menerima informasi mengenai
teroris atau mereka yang berada di balik kasus tersebut," tulisnya lagi.
McGovern
kemudian mengacu pada momen historis ketika kepala intelijen Inggris
Sir Richard Dearlove mengakui bahwa intelijen di Irak telah diperbaiki.
"Aksi
militer sekarang sudah tak terelakkan, Bush ingin menghapus. Diktator
Irak Saddam Hussein, melalui tindakan militer, dengan alasan mempunyai
hubungan dengan terorisme dan WMD [senjata pemusnah massal]. Namun
Intelijen dan fakta-fakta telah dirubah dalam kebijakan tersebut," beber
Dearlove pada 23 Juli 2005.
"Kemungkinan permusuhan dengan Iran
sebelum pemilihan presiden AS pada bulan November akan meningkat.
Waspadalah terhadap Intelijen palsu, "kata McGovern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar