Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Kamis, 15 November 2012

Kisah Penjaga Masjid Selamatkan Briptu Joko

TRIBUNNEWS.COM,PEKANBARU-- Sebelum menyelamatkan diri ke masjid, Brigadir Satu (Briptu) Joko Bobianto yang penuh luka dan berlumuran darah sempat diusir warga.
Mereka takut dan tak tahu Joko adalah seorang polisi.
Kisah itu diceritakan Edi Norpio, penjaga Masjid Nurul Hijrah, Desa Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar, kepada Tribun, Rabu (14/11). Edi lah orang menyelamatkan Briptu Joko pertama kali, setelah polisi muda itu nyaris meninggal dunia dianiaya rekan-rekannya sesama polisi, oknum tentara, dan seorang bandar narkoba.
Dikira telah meninggal dunia, Briptu Joko dibuang komplotan ke kolam pancing, kawasan Kubang Raya, Senin (12/11) malam. Untuk memastikan korban sudah tidak bernyawa, seorang pelaku melepaskan tembakan ke arah kolam. Tapi ternyata Briptu Joko masih hidup. Yakin situasi sudah aman, ia keluar dari kolam dan mencari pertolongan.
Edi menuturkan, Selasa (13/11/2012) subuh itu baru saja usai menjalankan shalat Subuh. Ia kemudian masuk ke kamarnya untuk melanjutkan tidur. Ketika itulah ia samar-samar mendengar suara minta tolong.
"Terdengar suara 'tolong saya Pak, saya mau dibunuh'. Mendengar itu saya langsung buka pintu. Saya bawa dia (Briptu Joko) ke dalam ruangan garim masjid," ujar Edi.
"Waktu itu saya kira masih ada orang yang mengejar dia, yang mau bunuh dia, makanya langsung saya kunci pintu," tambahnya.
Kepada Edi, ia mengaku bersembunyi di dalam kolam pancing dari Senin malam sekitar pukul 20.00 hingga Selasa subuh, sekitar pukul 05.00. Sebelum ke masjid, polisi yang bertugas di Sabhara Polresta Pekanbaru itu mendatangi sebuah rumah yang tidak jauh dari lokasi kolam.
"Tapi ia diusir warga itu (penghuni rumah), mereka ketakutan melihat kondisi Joko yang penuh luka dan berlumuran darah," ujar Edi.
Menurut Edi, Briptu Joko sempat mengambil kain panjang dan baju kaos warna putih dari jemuran warga untuk menutupi tubuhnya yang saat itu hanya menggunakan celana pendek. Baju seragam Briptu Joko sendiri telah dilucuti para pelaku dan dibakar untuk menghilangkan jejak. "Sampai di masjid, baju kaosnya sudah berlumur darah semua," papar Edi.
Di dalam kamar gharim itulah Briptu Joko menceritakan tindakan penganiayaan yang nyaris merenggut nyawanya. Ia mengaku beberapa bagian tubuhnya disayat menggunakan pisau cutter lalu luka itu ditetesi dengan asam.
"Dia di dalam kamar seperti takut terus, dia minta pintu dikunci. Dengar suara mobil langsung ketakutan. Di ajak melapor ke RT juga takut, saya ajak berobat juga nggak mau. Kata dia, nggak usah dilaporkan sama siapa. Jangan dilaporkan sama keluarga, takut keluarga terancam," ujar Edi menirukan perkataan Briptu Joko.
"Dia cuma mau minum, kemudian saya berikan dua gelas air minum," kata dia.
Di saat bercerita kepada Edi, Briptu Joko kerap menangis. Ia bersyukur dirinya masih selamat dari pembunuhan itu. Briptu Joko berada di Masjid Nurul Hijrah, RT04/RW07 Desa Kubang Jaya, selama dua jam. Ia kemudian dijemput petugas dari Polsek Siak Hulu dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Pekanbaru untuk mengobati luka-lukanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar