Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Jumat, 02 Maret 2012

Disuruh Beli Nasi Malah Ketangkap Polisi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sofyan (17) malah ditangkap polisi setelah disuruh orangtuanya membeli nasi. Entah kenapa Sofyan justru diamankan polisi saat polisi membongkar kasus penjualan obat penenang di Bekasi, Kamis (1/3/2012).

Adang yang dengan tubuh rentanya datang ke gedung Direktur IV Tindak Pidana Narkoba Mabes Polri untuk mengambil anaknya. Terlihat ia tampak sulit mengisi formulir penyerahan anaknya. Bahkan ia pun tidak ingat tanggal berapa ia lahir.
"Aduh ada di KTP, KTP saya di bawah, jadi bagaimana?," tanya Adang kepada petugas saat mengisi formulir di Gedung Direktur IV Tindak Pidana Narkoba Mabes Polri, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (1/3/2012).
Dengan mengisi seingatnya, akhirnya Adang pun bisa menyelesaikan pengisian formulir yang akan digunakan untuk membawa anaknya keluar dari Gedung Direktur IV Tindak Pidana Narkoba Mabes Polri.
Sofyan merupakan satu diantara 40 orang yang diamankan polisi karena diduga menjadi konsumen obat Parkinson atau obat penenang ketika polisi menggerebek toko obat dan kosmetik Nikiza di Jalan Malaka Baru Raya, Bintara, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (1/3), pukul 00.15 WIB.
Adang bercerita, anaknya tersebut keluar rumah karena disuruh membeli nasi. "Siang sekitar pukul 14.00 WIB dia disuruh beli nasi, tetapi sampai malam tidak pulang-pulang. Ini ke mana," kata Adang.
Baru pada pukul 09.00 WIB Adang mendapatkan kabar anaknya ditangkap polisi dan memintanya untuk datang. Tapi ia menganggap kalau Sofyan ditangkap karena pelanggaran lalu lintas. "Mungkin karena dia tidak membawa KTP dan STNK, makanya ditangkap," katanya polos.
Sofyan memang seorang pengguran setelah dirinya putus sekolah saat SMP. Faktor ekonomi keluarganya yang menyebabkan remaja tersebut menganggur meskipun sebelumnya sempat bekerja sebagai pemulung dan toko.
Lain halnya dengan Rohaya (47) orangtua dari Syahrullah (24). Ia putus kontak dengan anaknya selama satu malam, beberapa kali dirinya menelepon selalu tanpa jawaban, sampai akhirnya ia mendapatkan kabar pukul 08.00 WIB setelah ditelepon balik Syahrullah.
"Saya baru tahu kalau dia tidak pulang sejak malam. Dia kan tukang ojek, biasanya dia pulang tapi semalam tidak pulang," ungkap Rohaya.
Cemas tidak pulang Rohaya pun langsung menelepon anaknya tetapi tidak bisa dihubungi. "Malamnya saya bel tidak bisa, pukul 05.00 tidak juga, pukul 06.00 WIB juga tidak bisa, kemudian pukul 08.00 WIB saya bel, samapi akhirnya dia nelepon balik," ungkapnya.
Tahu anaknya di kantor polisi, Rohaya pun sempat naik darah. "Saya sempat sewot dengan anak saya kenapa bisa di sini," ujarnya.
Setelah membuat perjanjian Adang dan Rohaya kembali bisa berkumpul dengan anaknya, terlihat pada saat penyerahan orang-orang yang diamankan ada pihak keluarga yang kesal dengan apa yang dilakukan anggota keluarganya, bahkan ada yang sempat menampol wajah karena kesal akan sikap adiknya yang membuat masalah.
Bukan hanya itu, seoran wanita yang suaminya turut diaman pun juga tampak naik darah. "Kamu kerjanya hanya bikin susah," ucapnya kepada sang suami.
Seperti diketahui, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Mabes Polri menggerebek toko obat dan kosmetik Nikiza di Jalan Malaka Baru Raya, Bintara, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (1/3), pukul 00.15 WIB.
Toko tersebut menjual obat penenang merk Parkinal atau dikenal obat 'H' secara bebas kepada masyarakat termasuk pelajar. 40 pelanggannya diamankan tiga pelajar SMP, 14 pelajar SMA dan 23 orang pekerja atau pengangguran.
Dampak obat tersebut bila tidak dengan resep dokter akan mengakibatkan penggunanya memiliki tingkah laku yang cenderung cuek terhadap lingkungan dan keluarga, cenderung melawan dan sering membuat onar, fungsi kerja otak terancam lumpuh karena obat tersebut untuk penyakit parkison, prestasi belajar, dan bekerja cenderung menurun.
Polisi mengamankan tiga pelakunya dalam kasus ini, pemilik toko, penjaga toko, dan penyuplai obat.

Penulis: Adi Suhendi  |  Editor: Prawira Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar