Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Selasa, 27 Desember 2011

Polisi Selidiki Kasus Penyiksaan Anak Tsunami


TRIBUNNEWS.COM, MEULABOH - Polres Aceh Barat mulai menyelidiki kasus dugaan penyekapan dan penyiksaan terhadap Meri Yulanda alias Herawati (16), korban tsunami dari Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.

Sebagaimana diberitakan terdahulu, Meri mengaku disiksa oleh seorang wanita berisinial FS yang bermukim di Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Wanita itu menyekap Meri selama tujuh tahun sejak terpisah dari orang tua dalam musibah tsunami 26 Desember 2004 lalu. Tenaganya juga sering dieksploitasi untuk mengemis, tapi semua uang dikuasi FS.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, Meri sudah kembali ke rumah orang tuanya di Meulaboh, karena berhasil melarikan diri dari kungkungan FS di Aceh Besar.
Kapolres Aceh Barat, AKBP Artanto SIK menjawab Serambi, Sabtu (24/12) mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi terkait dugaan penyekapan dan penyiksaan yang dialami korban saat dieksploitasi seorang wanita di Aceh Besar.
“Tapi korban baru akan kita mintai keterangan setelah kondisi jiwanya benar-benar pulih dan stabil,” ujar Kapolres.
Menurut Kapolres, dalam mengungkap kasus dugaan penyiksaan itu pihaknya akan berkoordinasi dengan Polres Aceh Besar dan Polresta Banda Aceh, sebab kejadian perkara itu, sebagaimana diungkapkan korban, terjadi di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh. “Apabila dilihat dari kasusnya, ini melanggar Undang-Undang tentang Perlindungan Anak,” ujar Kapolres AKBP Artanto.
Siap dites DNA
Sementara itu, Ibrahim, kakek dari Meri Yulanda mengatakan, Rabu depan akan datang tim dokter dari Jakarta untuk melakukan pemeriksaan DNA (Deoxyribonucleic acid) terhadap cucunya yang pernah hilang ini.
Dengan pembuktian secara medik itu, maka akan menjadi jelas dan tidak timbul masalah lagi di kemudian hari. “Saya sudah ditelepon dan seorang dokter dari Jakarta akan tiba di Meulaboh, Rabu untuk urusan pemeriksaan DNA ini,” ujar Ibrahim kepada Serambi, Sabtu (24/12).
Sedangkan Tarmiyus, ayah dari Meri menambahkan, Meri tidak memerlukan lagi tes DNA, sebab ia sudah yakin bahwa Meri yang hilang saat tsunami tahun 2004 itu adalah anaknya. Dulu anak itu bocah, sekarang sudah gadis. “Kalau bagi saya tidak perlu dites DNA-nya lagi,” ujar Tarmiyus.
Meri yang ditanyai sejumlah wartawan, terlihat masih belum bisa menyampaikan banyak hal. Tapi ia mulai lebih sering tersenjum dibandingkan ketika baru pulang pada Rabu (21/12) malam ke rumah orang tuanya.
Meri hanya berkata bahwa ia mendapat kabar orang tuanya masih hidup dan masih menetap di Ujong Baroh, Meulaboh. Itu sebab ia pulang, meninggalkan wanita Aceh Besar yang selama ini membesarkan sekaligus mengeksploitasi tenaganya untuk mengemis.
Penyiksaan anak
Ketua Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak (LKPPA) Aceh Barat, Nurul menyatakan, langkah polisi mengusut kasus yang menimpa Meri sudah tepat dan sangat didukung, sampai pelaku dapat ditangkap.
Apa yang dilakukan tersangka terhadap Meri, menurut Nurul, merupakan pelanggaran terhadap anak yang masih di bawah umur.
Menurut Nurul, kepada Meri perlu diberikan konseling sehingga psikisnya akan pulih kembali seperti dulu, sebelum ia mengalami tsunami dan kemudian penyiksaan.
Ke Jakarta
Setelah mencuat cerita ditemukannya kembali Meri pascahilang tujuh tahun silam, Metro TV tertarik untuk mengangkat kisah ini dalam acara realty show. Untuk itu, Meri didampingi sang ayah, Tarmiyus dan kakek, Ibrahim pada Sabtu (24/12) sore sudah bertolak ke Banda Aceh dan pada Minggu (25/12) bertolak ke Jakarta.
Dijadwalkan pada Senin (26/12) mereka akan tampil pada acara khusus Metro TV saat siaran peringatan tujuh tahun tsunami.
“Meri akan menjadi narasumber pada kegiatan peringatan tsunami di Metro TV yang disiarkan langsung,” ujar Ali Raban, wartawan Metro TV Wilayah Aceh di Meulaboh, Sabtu. (riz)

Editor: Prawira Maulana  |  Sumber: Serambi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar