Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Kamis, 22 September 2011

Chairul Tanjung: Krisis Cukup Berat


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Konglomerat nasional yang menjabat Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung mengingatkan, krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat kali ini cukup berat.
Hampir semua kawasan dan negara-negara besar yang kuat sekalipun didera kesulitan keuangan.
Chairul Tanjung, CEO Grup Para mengatakan, belum usai  krisis 2008, AS kini menghadapi hantaman baru. "Sekarang (di AS) sudah timbul lagi krisis yang lebih parah. Krisis Eropa saat ini menjadi krisis yang cukup berat karena menusuk banyak negara," papar CT.
Parahnya lagi, krisis di Eropa saat ini terjadi dikarenakan negaranya bukan oleh perusahaan. ""Perbedaan, dulu orang dan perusahaan yang krisis, sekarang bukan orang atau corporate-nya melainkan negara yang krisis," imbuh CT, bos stasiun televisi Trans Corp itu.
Tak hanya di Amerika, negara yang relatif kebal dari krisis pada 2008, yakni China saat ini turut dilanda goncangan ekonomi yang ditandai peningkatan luar biasa inflasi. Kenaikan harga komoditas berlangsung gila-gilaan. Alhasil, pemerintah menahan pertumbuhan ekonominya. "Kemiskinan di China parah, lebih parah dari Indonesia saat ini. di sana billioner banyak tapi kemiskinan banyak ada disparitas juga," papar Chairul.
CT menilai saat ini telah terjadi krisis kedaulatan atau sovereign crisis. "Hal ini tidak lepas dari jumlah utang yang lebih besar dari pendapatan domestik bruto  suatu negara. Hal inilah pernah dialami Indonesia pada tahun 1998 lalu," papar pemilik gelar dokter gigi lulusan Universitas Indonesia (UI) ini. Gelombang 'tsunami' ekonomi pun menerkam Jepang, yang masih berjuang membenahi ekonominya usai digoncang gempa dan tsunami tahun lalu.
Walau demikian, secara umum fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Terkait kondisi ekonomi Indonesia, KEN menilai fundamental ekonomi dalam negeri sangat baik. "Debt to GDP hanya 25 persen atau jauh di bawah daripada negara di Eropa yang mendekati 100 persen," tutur Chairul.
Sebab itu, Indonesia tidak perlu panik apalagi Presiden sudah memintah menekan ratio utang terhadap GDP hingga ke titik 20 persen. "Sekarang Indonesia? We are ok. Cadangan devisa kita itu 122 miliar dolar AS. Kemarin sempat menurun 2 miliar dolar AS menstabilkan rupiah tapi selepas itu sangat baik," papar dia.

Penulis: Hasanudin Aco  |  Editor: Prawira Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar