TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Antok Mardi Wibowo,
mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) terperangah ketika tiba-tiba
melihat sosok mayat laki-laki yang menggantung di pohon cemara dengan
seutas tali tampar melilit leher.
Penemuan mayat yang belakangan
diketahui bernama Petrus Eko Darmawan asal Lawang itu berlokasi di
bawah Gunung Panderman Kota Batu, Selasa (25/12) sekitar pukul 10.00
WIB.
Antok lalu memotret mayat itu dengan tabletnya. Usai
memotret, ia pun lari menghampiri warga sekitar yang hidup di bawah kaki
gunung Panderman. Merasa penasaran, sekitar pukul 11.00, warga
berbondong-bondong menghampiri mayat yang berjarak sekitar 2 km dari
pemukiman penduduk.
“Saya mau survei untuk acara tahun baru
bersama teman-teman. Tak tahunya, saya salah jalur. Di atas, saya lihat
orang itu seperti buang air besar. Lalu saya dekati, ternyata dia mati
menggantung,” cerita Antok yang saat itu survei bersama Fachruly,
mahasiswa Universitas Muhammadiyyah Malang.
Sekitar pukul 13.00,
warga bersama tim tagana, Polsek Batu, tim identifikasi Polresta Batu,
dan PMK melakukan evakuasi. Mereka sempat mengalami kesulitan karena
kondisi medan lagi hujan, serta hanya jalan setapak yang bisa dilalui.
Setelah 2 jam, tim ini berhasil mengevakuasi lalu membawa mayat ke RS
Hasta Brata.
Kanit Reskrim Polsek Batu, Ipda Tukiman bersama
anak buahnya bergerak setelah mendapat laporan dari Kepala Desa
Pesanggrahan. Pihaknya menemukan mp3, sandal, ponsel merk nokia di
celana pendek si mayat, dan tampar. Di ponsel mayat banyak memuat gambar
orang gantung diri, banyak juga gambar dengan isi pesan kegundahan.
Polisi
lantas menghubungi nomor yang ada dalam kontak ponsel mayat yang
berusia sekitar 22 tahun ini. Hingga akhirnya polisi menemukan nomor
telepon pacar korban, Karisma. Dari Karisma diketahui jasad itu bernama
Petrus Eko Darmawan asal Jl Indrakilo, Lawang, Kabupaten Malang.
Kepada
petugas Polsek Batu, adik Petrus bernama Agustinus menceritakan, Petrus
pergi dari rumah sekitar tiga bulan lalu guna mencari pekerjaan.
Seminggu jelang Natal, ia menelepon untuk sekedar menanyakan kabar
ibunya, Sumiarsih.
Ketua Tagana Kota Batu, Simon Purwoali yang
ikut mengevakuasi mengatakan, diduga Petrus bukan datang ke Panderman
dengan tujuan pendaki. Sebab, di sekitar TKP, tidak ditemukan peralatan
untuk melindungi diri maupun bekal makanan.
“Pendaki itu biasanya
membawa peralatan seperti jaket, tas untuk isi bekal makanan. Sandalnya
juga tidak sandal japit,” kata Simon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar