TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kepala Balai Penyelidikan
dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio
mengatakan, kondisi Gunung Merapi saat ini masih aman.
Para pendaki
gunung tetap boleh mendaki ke Merapi.
"BBPTK DIY masih mengizinkan
ada pendakian gunung. Namun, kami tidak tahu jika ada pihak lain yang
melarang," kata Subandrio, Rabu (5/12/2012).
Ia mengatakan, yang
harus diwaspadai saat ini adalah ancaman banjir lahar dingin, terutama
saat puncak penghujan. Sebab, pasca-erupsi 2010, masih tersisa lebih
dari 70 juta meter kubik di wilayah hulu.
Penjaga Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang Heru Suparwoko menuturkan, Merapi masih dalam kondisi normal.
Rabu
pagi, tampak dari Pos Pengamatan Gunung Merapi, gunung tersebut tampak
mengeluarkan asap solfatara sekitar pukul 07.35 WIB, dengan ketinggian
200 meter. Pada pukul 16.00 WIB, asap solfatara kembali muncul.
"Asap
berwarna putih, meski agak sedikit pekat dan tebal. Kemungkinan karena
kandungan air. Asap tidak menimbulkan kepanikan warga. Sebagain besar
warga sudah mengetahui jika asap ini wajar," tutur Heru.
Sementara,
musim hujan berdampak buruk di lereng Gunung Merapi. Jika hujan turun,
lereng Merapi rawan longsor. Subandrio menjelaskan, longsornya lereng
Gunung Merapi saat musim hujan, terjadi karena masih ada sisa material
erupsi Merapi 2010. Sisa-sisa material akan mudah longsor jika hujan.
"Saat
ini, sudah ada longsoran material di Gunung Merapi dalam tarif kecil,
pada bagian lerengnya. Biasanya saat musim hujan yang seperti itu,"
terangnya.
Saat musim hujan, guguran atau longsoran yang terjadi
di lereng Merapi bisa puluhan kali dalam sehari. Sedangkan jika musim
kemarau, intensitas guguran atau longsoran hanya di bawah 10 kali dalam
sehari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar