REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) akan mengadakan
konsultasi publik mengenai penempatan limbah nuklir karena kapasitas
penyimpanan reaktor sudah penuh, kata Wakil Menteri Ekonomi Korea
Selatan, Cho Seok, Selasa (20/11).
Menurut rencana, Korsel akan
membentuk lembaga konsultan independen sebagai respons atas krisis
nuklir terburuk yang terjadi karena pemalsuan sertifikat yang digunakan
penyedia suku cadang industri nuklir. Hal itu menyebabkan berhentinya
dua reaktor tepat saat penduduk negara menghadapi musim dingin.
Pemerintah
Korsel dikritik karena tidak transparan dalam soal keamanan program
nuklir dan soal pengawasan ganda. Kementerian Pengetahuan Ekonomi dan
pejabatnya mengatakan pada Selasa waktu setempat bahwa konsultasi untuk
persoalan penyimpanan limbah nuklir sementara, dalam jangka sekitar 50
tahun, akan selesai pada 2014.
Korsel memproduksi setidaknya
12.340 ton limbah nuklir sampai Juni 2012. Menurut data pemerintah,
angka tersebut setara dengan 71 persen kapasitas penyimpanan reaktor.
Di
bawah perjanjian dengan Amerika Serikat, negara tersebut juga dilarang
memproses ulang bahan bakar yang sudah digunakan, karena dikhawatirkan
dapat memperburuk ketegangan soal nuklir dengan Korea Utara. Fasilitas
penyimpanan yang tersebar dalam empat area pembangkit tenaga nuklir akan
beroperasi secara penuh antara 2016 dan 2021.
Kekuatan ekonomi
nomor empat di Asia itu mempunyai 23 reaktor nuklir yang sepertiga dari
kebutuhan listrik nasional. Korea Selatan berencana untuk menambah 11
reaktor pada 2024 untuk menambah kontribusi tenaga nuklir sampai 50
persen. Untuk memindahkan limbah nuklir ke negara berkembang membutuhkan
persetujuan Amerika Serikat sesuai dengan kesepakatan bilateral yang
selesai pada 2014.
"Hal itu terpisah dari apa yang telah
didiskusikan oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan tentang pemrosesan
ulang limbah bahan bakar nuklir," kata Wakil Menteri Ekonomi Cho Seok
kepada wartawan, merujuk pada rencana konsultasi. Cho dan pejabat lain
menolak untuk memberi komentar pada status pembicaraan dengan Amerika
Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar