TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS - Akibat kemarau panjang tahun ini, 4.925 hektare sawah tersebar di 36 kecamatan di Kabupaten Ciamis, mengalami puso.
Kerugian akibat tanaman padi yang tidak bisa dipanen tersebut mencapai Rp 149 miliar.
Kekeringan terbesar terjadi di Kecamatan Tambaksari dengan luas sawah
yang puso mencapai 1.254 hektare. Kecamatan Cigugur menempati posisi
kedua sebagai wilayah di Ciamis yang mengalami kekeringan paling parah.
Menurut Kabid Produksi Serelia Dinas Pertanian Pangan Ciamis, Ir
Yayat Sudarjat, sampai akhir Agustus lalu, total sawah yang sudah puso
mencapai 2.322 hektare.
"Bila bulan September hujan tidak turun juga, hampir dipastikan
separuh dari ribuan hektare sawah dipastikan akan puso." kata Yayat,
Selasa (11/9/2012).
Memasuki bulan September, menurut Yayat, luas areal sawah yang puso
akan mencapai 4.925 hektare. "Bila saja tiap hektarenya rata-rata
menghasilkan padi 65 kuintal per hektare, Ciamis akan kehilangan
produksi gabah sebanyak 32.298 ton atau setara dengan kerugian sebesar
Rp 149,1 miliar dengan asumsi harga gabah Rp 4.600 per kilo gram,"
katanya.
Akibat kehilangan produksi gabah senilai Rp 149 miliar, kata Yayat,
Ciamis juga terancam tidak bisa memenuhi target produksi nasional
750.000 ton.
"Realisasi produksi gabah di Ciamis sampai awal September ini baru
mencapai 612.016 ton. Sementara target produksi nasional untuk Ciamis
tahun 2012 ini adalah sebanyak 750.000 ton," ujar Yayat.
Kekhawatiran akan tidak tercapainya target produksi gabah di Ciamis,
ujar Yayat, karena menjelang pertengahan bulan September, hujan juga
belum turun.
Untuk mengantisipasi meluasnya lahan yang kekeringan, kata Yayat,
Pemkab Ciamis menambah bantuan pompa air kepada kelompok-kelompok tani.
"Namun sumber airnya sudah tidak ada. Jadi pompa bantuan ke kelompok
tani juga tidak banyak membantu. Nanti bila ada bantuan penanganan
kekeringan, alangkah baiknya berupa program padat karya misalnya untuk
perbaikan saluran irigasi," ujar Yayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar