Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Rabu, 14 November 2012

7 Polisi dan TNI Aniaya Briptu Joko

TRIBUNNEWS.COM  PEKANBARU, - Brigadir Satu (Briptu) Joko Bobianto, anggota polisi yang bertugas di Polresta Pekanbaru, selamat dari maut setelah dianiaya secara sadis oleh rekan- rekannya sesama polisi dan anggota TNI.
Dikira telah meninggal dunia, tubuhnya dibuang ke kolam dan ditembaki.
Ternyata Briptu Joko masih hidup. Ia ditemukan warga dalam kondisi pingsan dengan tubuh penuh tusukan dan sayatan senjata tajam di teras sebuah masjid di Kubang Raya, Siak Hulu, Selasa (13/11/2012) subuh.
Yang mengejutkan delapan pelaku yang terdiri dari 3 oknum Kepolisian RI (Polri), 4 oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan seorang warga sipil, diduga terkait dengan mafia narkoba. Saat melakukan penganiayaan mereka diketahui mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.
"Semua ini terjadi gara-gara narkoba. Saya akan tindak tegas walaupun itu anggota (polisi dan tentara). Mafia narkoba harus diberantas habis," kata Kepala Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar kepada wartawan, Selasa kemarin.
Kisah penganiayaan sadis dan brutal yang dialami Briptu Joko Bobianto dan bagaimana ia secara ajaib bisa menyelamatkan diri, mirip dengan cerita-cerita film mafia di televisi.
Kisah bermula Senin (12/11) sore, sekitar pukul 17.30. Briptu Joko ditelepon seorang rekannya, yang juga polisi, untuk datang ke sebuah tempat di Jalan Kartama, Marpoyan Damai, Pekanbaru. Rupanya, ini merupakan pancingan untuk polisi muda berusia 28 tahun tersebut. Pasalnya, di tempat tersebut telah menunggu si penelepon dan tujuh pria lainnya.
Mereka ramai-ramai menganiaya Briptu Joko, dengan dipukul benda tumpul serta ditusuk dan disayat senjata tajam. Luka paling parah ditemukan di dada sebelah kanan atas, yang diduga ditusuk dengan tombak.
Tengah malam, sekitar pukul 00:00, dalam kondisi tubuh babak belur dan penuh luka, korban diangkut para pelaku dengan mobil Mitsubishi Grandis hitam BM 423 IN untuk dibuang di kawasan rawa-rawa dan sepi di bilangan Kubang Raya, yang berada di perbatasan Pekanbaru dengan Kampar.
Selama di perjalanan, diduga Briptu Joko terus dianiaya. Tampak para pelaku telah merencanakan pembunuhan ini dengan rapi. Itu terlihat dari setting bagian belakang mobil, di mana joknya sengaja dilepas, agar leluasa menganiaya korban.
Mengira korban telah meninggal dunia, para pelaku melemparkan tubuh Briptu Joko ke sebuah kolam di kawasan rawa-rawa bersemak pada malam yang sepi tersebut. Untuk memastikan lagi bahwa korban benar-benar sudah tidak bernyawa, pelaku melepaskan sejumlah tembakan ke arah kolam. Sebelum pergi, mereka membakar seragam Briptu Joko untuk menghilangkan jejak.
Ajaib. Briptu Joko Bobianto ternyata masih hidup. Suami Fitriana dan ayah dari Zafran, yang masih berusia 1 tahun, itu rupanya dalam kondisi pingsan saat dilempar komplotan penganiaya ke kolam.
Setelah memastikan kondisi aman, yakin kawanan penganiaya telah pergi, Briptu Joko keluar dari kolam. Dengan sisa-sisa tenaganya, Joko merayap menembus kegelapan malam menuju Masjid Nurul Huda, Kubang, untuk meminta pertolongan. Di sanalah, di teras masjid, ia ditemukan penjaga masjid pada Selasa subuh, dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia hanya bercelana pendek, dengan tubuh penuh luka.
Dikira bukan polisi
Awalnya warga mengira korban bukan anggota polisi. Lurah diberitahu, dan kemudian melaporkannya ke Polsek Siak Hulu. Sekitar pukul 07.00, Briptu Joko dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Pekanbaru.
Hingga Selasa malam, Briptu Joko masih mendapat perawatan intensif di ruang VIP A akibat luka-lukanya yang parah, terutama di bagian dada dan paha. Perban putih dengan bercak darah tampak membungkus sebagian besar tubuhnya. Sementara ruang perawatannya dijaga ketat sejumlah polisi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar mengatakan, para pelaku hendak membunuh Briptu Joko. Mereka menganiaya korban dengan beragam senjata tajam. Di antaranya tombak untuk menusuk dada kanan korban. Ia juga diduga ditusuk dengan pisau sangkur di bagian tangan. Beberapa bagian tubuhnya disayat yang diduga menggunakan pisau cutter.
Bahkan saat hendak dioperasi sekitar pukul 09.00, patahan pisau cutter yang digunakan pelaku masih tertinggal di paha korban. "Luka sayatan hampir di sekujur tubuh," kata Kombes Adang Ginanjar.
Dia mengungkapkan, saat telah dibuang ke dalam kolam, Briptu Joko sempat ditembaki oleh pelaku dengan menggunakan senjata rakitan yang biasa digunakan untuk berburu. Itu dilakukan para pelaku untuk memastikan korban telah tewas.
Ditangkap
Kapolresta Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar, mengatakan tiga orang pelaku telah ditangkap. Mereka adalah dua polisi di jajaran Polresta Pekanbaru, masing-masing bernisial IR dan SP. Satu lagi warga sipil berinisial JN, seorang bandar narkoba.
Kombes Adang Ginanjar mengatakan, JN merupakan bandar narkoba dan sudah masuk dalam daftar orang yang diincar institusinya. "Saat hendak ditangkap di suatu tempat, ia berusaha melarikan diri. Terpaksa kita lumpuhkan (dengan tembakan)," ucapnya.
Kedua polisi juga berusaha melarikan diri. Satu di antaranya bahkan melompat dari lantai dua rumahnya, namun berkat kesigapan aparat, ia berhasil diringkus.
Satu oknum polisi lainnya, berinisial N, merupakan anggota Polres Rokan Hulu (Rohul). Hingga kemarin sore ia masih dalam pengejaran. "Dia sudah tiga hari tidak masuk kantor," kata Adang.
"Sementara untuk para pelaku dari anggota TNI, kita serahkan penanganannya kepada POM (Polisi Militer)," ujarnya.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar menyatakan, para pelaku bisa dijerat pasal berlapis, di antara Pasal 353, Pasal 338, dan Pasal 333, KUHAP, tentang penganiayaan dengan perencanaan untuk menghilangkan nyawa orang lain. "Ancaman hukumannya bisa seumur hidup," kata dia.
Belum diketahui pasti motif para pelaku hendak menghabisi nyawa Briptu Joko Bobianto. Tapi diduga para pelaku terkait dengan jaringan pengedar narkoba. Hal itu dikuatkan dengan keberadaan seorang pelaku, yakni JN, yang merupakan bandar narkoba.
Dari hasil pemeriksaan awal terhadap ketiga pelaku yang ditangkap, mereka diketahui positif menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. Sehingga, mereka diduga menggunakan sabu-sabu saat melakukan penganiayaan. "Selain positif menggunakan narkoba, kita juga menemukan barang bukti berupa bong (alat hisap sabu)," jelasnya.
Terkait hal itu, Kombes Adang Ginanjar menambahkan tidak tertutup kemungkinan penyelidikan kasus ini tidak hanya mengenai kasus penganiayaan semata, tapi juga dikembangkan pada kasus peredaran narkoba.
Dia sangat menyayangkan penganiayaan yang nyaris merenggut nyawa anak buahnya. Dan yang lebih membuatnya geram, penganiayaan itu dilakukan oleh oknum polisi dan TNI.
Komandan Detasemen Polisi Militer (Denpom) Pekanbaru Mayor CPM Donald Siagian berjanji akan menindak tegas keempat prajurit TNI yang diduga melakukan penganiayaan terhadap Briptu Joko.
"Pasti akan kita tindak, kalau memang terlibat. Tidak akan ada pandang bulu," ucapnya, seperti dikutip dari riauterkini.com.
Dia menambahkan, "Ini bukan gesekan dua kesatuan. Ini kriminal murni, karena ada juga tiga polisi yang diduga menjadi pelaku."
Sementara itu, mertua perempuan Briptu Joko Bobianto tak banyak berkomentar saat Tribun hendak menggali informasi mengenai keseharian korban. Ia hanya mengatakan, putrinya, Fitriani menikah Joko sekitar tiga tahun lalu. "Mereka dikaruniai seorang anak yang masih berusia satu tahun. Namanya Zafran," ujarnya saat ditemui di RS Bhayangkara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar