Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Jumat, 20 Juli 2012

Kabur dari Rumah Majikan, Rina Malah Coba Bunuh Diri

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Bangun pagi, Kamis (19/7/2012), Heri Hapsi dikejutkan dengan sosok tubuh wanita di atap rumah keluarga Woinalang-Waleleng.

Rumah tingkat dua itu letaknya di depan rumah Heri di Lingkungan IV, Kelurahan Tikala Kumaraka, Kecamatan Wenang, Manado.
Heri melihat wanita itu dan belakangan diketahui bernama Rina (35). Sejurus kemudian, si wanita memberi tanda akan melompat dari ketinggian atap rumah sekitar 9 meter.
Heri, yang juga menjabat Kepala Lingkungan IV panik. "Waktu itu saya langsung panik," ujarnya.
Puluhan warga pun memadati lorong sempit dekat rumah keluarga Woinalang-Waleleng. Teriakan agar Rina segera turun berkumandang dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di situ.
Bukannya turun, Rina malah ngotot tetap akan lompat. Dari hanya menggerak-gerakkan tangan, kali ini ia terlihat mencondongkan tubuhnya ke arah depan. Melihat itu, Heri coba mengajak Rina bicara.
Perlu waktu sekitar dua jam sejak pukul 06.30 hingga 08.30 Wita untuk membujuk wanita asal Lamongan, Jawa Timur itu turun. "Saya membujuk dia untuk diam dan duduk saja," tutur Heri. Setelah Rina diam dan mengangguk, tangga pun dinaikkan. Seorang warga kemudian membawa Rina turun.
Rina ditanyai sebelum dibawa ke Polsek Wenang. Dengan perantaraan seorang warga Lamongan, diketahui bahwa Rina yang kurang cakap berbahasa Indonesia, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Dr Abdul Azis, yang rumahnya tepat berada di samping kiri rumah keluarga Woinalang-Waleleng.
Rina mengaku sering disiksa majikannya sehingga ia berniat kabur. Sekitar pukul 03.00 Wita, Kamis (19/7/2012) dia meninggalkan kamar lalu naik ke atap rumah majikannya lalu perlahan-lahan pindah ke rumah keluarga Woinalang-Waleleng.
Namun, dia putus asa melihat jarak antara atap dan tanah yang terpaut 9 meter. Dari putus asa itu, kemudian muncul niatnya untuk bunuh diri.
"Saat itu ia begitu takut, karena usaha pelarian gagal. Ia takut ketahuan majikannya," kata Heri. Pengakuan Rina tentang penyiksaan dari majikannya dibantah Iif Abdul, putra dokter Abdul Azis.
Menurut Iif yang datang ke Polsek Wenang, ibunya Sheila Monoarfa yang dituding melakukan pemukulan saat kejadian tidak berada di rumah.
"Ayah dan ibu sedang berada di Makassar, saya sendiri akan menjemputnya di bandara Samratulangi pukul 14.30 Wita ini (kemarin)," katanya.
Tentang penyiksaan terhadap Rina, Iif berkata hal itu tidak pernah terjadi. "Mana mungkin ibu saya yang sudah berusia 60 tahun itu tega berbuat itu," tuturnya.
Hanya Iif mengakui memang ada masalah dalam berkomunikasi dengan Rina. Karena kendala bahasa, Rina hanya dapat berbahasa Jawa, ia sering tidak memahami instruksi yang diberikan.
Selain itu, Rina juga tidak cakap bekerja. "Dia hanya dapat melakukan pekerjaan kasar seperti mencuci, mengepel dan membersihkan halaman," ungkapnya.
Iif mengaku mengambil Rina dari sebuah Yayasan Citra Mandiri di Surabaya. Ongkos tiket dari Surabaya ke Manado dibiayai keluarganya. Kepada yayasan itu, ia telah membayar sekitar Rp 3 juta.
Sementara, Kapolsek Wenang Kompol AV Montung menyatakan tengah menyelidiki kasus tersebut. Dari pemeriksaan sementara terhadap Rina ditemui bahwa keterangannya bertentangan dengan keadaan sebenarnya.
"Ia menyatakan bahwa semalam ia dipukul oleh Ibu Sheila (majikannya), kenyataannya yang bersangkutan telah seminggu di Makassar," kata Montung.
Ia telah mengirim anggota untuk mengecek dan benar Ibu Sheila memang tidak ada di rumahnya. Untuk sementara, kata Montung, Rina ditampung di Polsek Wenang karena dia masih takut kembali ke rumah majikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar