Mereka lantas menggelar voting terbuka. Ada tiga pilihan yang disediakan, yakni Jokowi tetap di Solo, Jokowi maju menjadi gubernur Jawa Tengah, atau Jokowi maju menjadi gubernur DKI Jakarta.
Poster besar menggantung di jembatan penyeberangan Jalan Slamet Riyadi, tepatnya di depan Museum Radya Pustaka saat car free day (CFD) digelar.
Pada poster berukuran sekitar 2x3 meter, terdapat gambar Jokowi yang di bawahnya ada tulisan “Ke mana sebaiknya Pak Jokowi berlabuh?”. Di bawah tulisan itu, juga terdapat kotak-kotak pilihan.
Ada tiga kotak pilihan, yakni Tetap di Solo, Nyagub Jateng, dan Nyagub DKI. Poster itulah yang menjadi alat melakukan voting terbuka, di mana ribuan warga yang memadati CFD diminta untuk menyontreng.
“Saya tadi nyontreng kotak (Jokowi) Tetap di Solo sebanyak lima kali langsung,” kata Heru Suparno, Minggu (11/3/2012) pagi, sambil memegang spidol hitam.
Padahal, seharusnya satu orang hanya boleh menyontreng satu kali. Pria 32 tahun menyontreng lima kali sebagai bentuk kecintaannya pada wali kota yang dikenal sangat dekat dengan rakyatnya itu. Ia pun merasa keberatan jika Jokowi pergi.
“Sebagai warga asli Solo, saya bangga punya Wali Kota Pak Jokowi. Saya tak ingin beliau meninggalkan Solo dan merantau ke Jakarta nyalon gubernur,” kata warga Kecamatan Pasar Kliwon dengan nada lirih.
Ternyata tak hanya Heru yang sepakat Jokowi tetap berada di Solo. Akibatnya, kotak menyontreng sampai tak muat, sehingga warga harus menyontreng di bagian lain di luar kotak.
Meski begitu, ada pula warga yang mengharapkan Jokowi maju menjadi gubernur Jateng meski tak banyak.
“Saya lebih sepakat Pak Jokowi maju menjadi gubernur Jateng daripada gubernur DKI," tandas salah satu warga. (*)
Editor: Yaspen Martinus | Sumber: Tribun Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar