Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Rabu, 21 Desember 2011

Wasit Cina Akui Terima Suap untuk Atur Pertandingan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang wasit Cina memberi pengakuan di pengadilan pada Selasa, bahwa dirinya menerima suap untuk mengatur pertandingan-pertandingan lokal dan internasional, pada sidang dengar pendapat yang melibatkan pejabat-pejabat sepak bola papan atas.


Huang Jinje mengakui kalau dirinya menerima lebih dari 246.000 dolar AS sebagai suap untuk mengatur dua pertandingan persahabatan internasional, serta enam pertandingan klub Cina antara 2005 dan 2006, demikian dilaporkan kantor berita Xinhua.

Huang yang telah menjadi wasit selama 20 tahun - yang pada 2009 merupakan salah satu dari tiga wasit terbaik Cina - juga mengakui kalau dirinya menerima suap dari koleganya, Zhou Weixin, untuk mempengaruhi pertandingan.

Xinhua menyatakan kalau selain tersangkut masalah suap, Zhou juga sedang menghadapi
tuduhan korupsi. Pertandingan yang dinodai kepemimpinan Huang, termasuk pertandingan persahabatan pada 2007, antara juara Liga Utama Inggris, Manchester United, melawan klub Cina, Shenzen FC, serta pertandingan pada 2009, antara Shanghai Shenhua melawan klub Australia, Sydney FC.

Sidang dengar pendapat terhadap beberapa pejabat sepak bola Cina dimulai pada Senin, dengan Zhang Jianqing, mantan ketua wasit Liga Super, yang menghadapi tuntutan bahwa dirinya menerima suap untuk pengaturan pertandingan dengan jumlah total sebesar 409.600 dolar.

Wasit Lu Jun, yang pernah memimpin pertandingan-pertandingan Piala Dunia dan Olimpiade, akan menjalani sidang pada Rabu (21/12), sementara 20 mantan pejabat dan wasit akan disidang pada akhir pekan ini.

Sidang dengar pendapat merupakan tindakan keras terhadap korupsi yang telah mencapai tahap akut di Cina, dan menyebabkan jatuhnya ketua Asosiasi Sepak bola Cina (CFA).

Perjudian, pengaturan pertandingan, wasit yang tidak adil dan buruknya penampilan timnas, membuat olahraga ini menjadi bahan tertawaan di Cina, serta menjadi perhatian negara.

Mengacu pada pernyataan media, pejabat-pejabat CFA secara rutin melakukan pengaturan pertandingan, termasuk pertandingan timnas dan liga, dengan 'membeli' salah satu tim atau melibatkan wasit.

Pejabat CFA juga menerima bayaran dari pemain yang ingin masuk timnas - sebuah praktek yang sebenarnya kerap terjadi di klub-klub peserta liga.

Sponsor menarik diri dari olahraga ini, dan jaringan televisi negara (CCTV) menolak untuk menyiarkan pertandingan-pertandingan Liga Super.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar