Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Sabtu, 24 Desember 2011

Alhamdulillah, Hilang Tujuh Tahun Gadis Tsunami Pulang


TRIBUNNEWS.COM - PERINGATAN tsunami tahun ini bakal menjadi kebahagiaan luar biasa bagi pasangan Tarmius (42) dan Yusnidar (36), warga Lorong Sangkis, Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Pasalnya, putri mereka bernama Meri Yulanda alias Herawati (16) yang pernah hilang tujuh tahun lalu dalam peristiwa tsunami, tiba-tiba Rabu (21/12) malam kembali ke rumah orang tuanya.

Sejak Meri pulang, rumah permanen yang dibangun NGO dan ditempati Tarmius, sang buruh bangunan ini, disesaki warga sekitar. Mereka berduyun-duyun ingin menyaksikan Meri yang saat hilang berumur 9 tahun, kini sudah menjadi seorang gadis. Saat hilang dulu Meri duduk di kelas IV SDN 10 Meulaboh, Aceh Barat.
Meri yang ditanyai Serambi, Jumat (23/12) kemarin di rumahnya masih belum mau banyak bicara. Ia sepertinya trauma, bukan saja karena tsunami, tapi juga karena dibesarkan oleh seseorang wanita, FS, warga Kahju, Banda Aceh secara tidak wajar. "Saya di sana disuruh menjadi pengemis dan sering dipukul," ujar Meri terbata-bata.
Meri mengaku sudah lama ingin pulang ke Ujong Baroh, Meulaboh, tetapi disekap dan tak diizinkan pergi oleh wanita yang menyekapnya. Meri juga dilarang bersekolah dan tidak diberikan kesempatan ikut pengajian. "Tidak ngaji, tidak sekolah. Saya hanya disuruh mencari uang. Berapa dapat, saya tak pernah diberi tahu jumlahnya," ungkap Meri.
              
Tarmius dan Yusnidar mengatakan, kembalinya anak mereka yang hilang itu merupakan kebahagiaan sekaligus mengundang rasa haru. Sejak pertama kali bertemu Meri lagi, Tarmius sempat ragu bahwa itu anaknya. Tapi setelah dilakukan pemeriksaan beberapa tanda pada bagian tubuh Meri, misalnya, luka di perut dan tahi lalat di mata, barulah Tarmius yakin bahwa Meri anak kandungnya yang pernah hilang  bersama sang kakak bernama Yuli pada saat tsunami tahun 2004.
Menurut Yusnidar, saat tsunami 26 Desember 2004, ia lari bersama tiga anak dan suaminya, lalu Meri dan Yuli diletakkan di sebuah rumah yang lebih tinggi. Saat rumah itu dihantam gelombang tsunami, mereka  terpencar. Sejak itulah ia tak pernah bersua lagi dengan kedua anaknya itu. Yang selamat saat itu justru adik dari Meri, bernama Ari. Saat itu Ari baru berumur 1,5 tahun.
Pascatsunami, Yusnidar dan suaminya terus mencari kedua anaknya yang hilang itu. Yusniar terus berdoa dan berharap bisa bertemu kembali dengaan Meri, anaknya.
Atas kehendak Allah, pada Rabu malam tiba-tiba seorang gadis yang pendiam dan sulit diajak bicara, dibawa seseorang ke rumahnya. Setelah ditanya dan diperiksa tanda-tanda di tubuhnya, yakinlah Yusniar bahwa gadis yang di depan matanya itu adalah putri keduanya yang dulu hilang. "Meski saat ini dia masih agak sulit bicara, tapi kami akan mengobatinya sampai pulih," ujar Yusnidar.
Di Banda Aceh
Menurut Yusnidar, berdasarkan keterangan Meri bahwa saat musibah tsunami dulu, bocah itu hanya terpaku di Simpang Pelor Meulaboh. Lalu datang seorang perempuan yang membawanya ke Banda Aceh. Upaya melarikan diri dari rumah wanita di Banda Aceh itu sudah beberapa kali dilakukan Meri, tapi tak berhasil. Baru pada hari Rabu lalulah, Meri berhasil melarikan diri dari kungkungan wanita yang menyekapnya itu.
Meri tiba kembali di Meulaboh menumpang minibus. Ia diturunkan sopir di sekitar Mal Pasar Bisa Usaha, lalu dibawa ke rumah aparat desa.
"Pertama saat tiba di Meulaboh, Meri hanya ingat nama Ujong Baroh Meulaboh dan nama saya dan suami saya saja," sebut Yusnidar.
Pasangan ini mengaku apa yang dialami Meri saat di Banda Aceh sudah mereka laporkan kepada polisi. Harapan Yusnidar, wanita yang selama tujuh tahun terakhir menyekap dan mengeksploitasi anaknya untuk mengemis itu, bisa secepatnya ditangkap polisis dan diproses hukum.
Berdasarkan pengakuan Meri kepada ibunya, selama berada di rumah FS di Banda Aceh rambutnya pernah dicukur, badannya pun pernah dipukuli. (rizwan)

Penulis: agung budi  |  Editor: Prawira Maulana  |  Sumber: Serambi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar