Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Jumat, 25 November 2011

Realisasi Janji, Tak Bosan Berkreasi


TRIBUNNEWS.COM - DALAM  bayangan sebagian besar masyarakat, terutama di kalangan pekerja swasta, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) hanya mengurus tentang klaim Jaminan Hari Tua (JHT)  dan atau hal-hal yang hanya berhubungan dengan pencairan unit asuransi.

Idiom yang berkembang, pokoknya, Jamsostek hanya unit asuransi, yang berfungsi sebagai lalu lintas uang: menarik dana dengan cara memotong gaji karyawan dari perusahaan, mengumpulkan, mencairkan jika terjadi kecelakaan kerja dan mengembalikan seluruh dana saat sang pekerja keluar dari perusahaan tersebut atau pension.
Paradigma tersebut berlangsung cukup lama, terutama sebelum orde baru tumbang. Namun, seiring dengan makin ketatnya persaingan dalam pelayanan asuransi dan produk turunannya terhadap para pekerja di sektor swasta, banyak hal telah berubah. Hampir semuanya sudah bertransformasi menuju kerangka yang lebih baik, dan tak lagi mengincar satu periuk semata.
“Dalam beberapa tahun terakhir, focus kami tidak hanya sekedar mengumpulkan uang, bayar klaim dan member jatah pension. Lebih dari itu, beberapa program sudah kami rancang, dan semuanya tertuju pada peserta kami, yang intinya agar mereka bisa menikmati apa yang sudah mereka berikan pada Jamsostek,” tutur Hotbonar Sinaga, Direktur Umum PT Jamsostek, beberapa waktu lalu.
Dari catatan Tribunnews.com, mesin penggerak utama syitem transformasi terjadi di sekitar tahun 2007 silam, saat PT Jamsostek gencar melakukan sosialisasi terhadap banyak lini program baru, yang tak lagi melulu urusan mengumpulkan uang dari peserta.
Semua layanan diberikan secara mudah dan sistematis, sehingga peserta tak lagi direpotkan dengan banyak idiom di kepala mereka, kalau berurusan dengan Jamsostek sangat ribet. Andi Nugroho (31) misalnya, merasakan betapa kini lini Jamsostek sudah berubah drastis. Dulu, ia malas untuk mengurus dokumen pendukung hanya untuk melakukan klaim. Namun, kini ia merasakan sesuatu yang berubah secara signifikan.
“Bulan lalu, istri saya melahirkan. Kebetulan istriku seorang PNS, sehingga kami memakai kartu Askes. Tapi tetap saja ada selisih yang cukup besar. Saya iseng mengajukan kwitansi secara menyeluruh atas biaya persalinan, dan ternyata Jamsostek bersedia untuk menanggung selisih dari biaya tersebut. Hebatnya, hanya butuh waktu tiga hari kerja uang tersebut ditransfer ke rekening saya,” tukasnya.
Dirut Jamsostek, Hotbonar Sinaga mengakui, sistem yang kini dilakukan barisan manajemen sudah berubah dan sangat sistematis, sehingga memercepat layanan terhadap klaim peserta.
Kreasi juga menjadi titik keunggulan lain dari Jamsostek yang kini sudah dirasakan peserta. Untung Budiawan (35) misalnya, mengaku mendapatkan dana untuk pembayaran uang muka perumahan dari Jamsostek dengan jumlah yang cukup besar, Rp 10 juta. “Prosesnya sangat cepat, tidak seperti di bank-bank biasa, dan kenyataan ini membuat peserta seperti saya, yang ingin segera memiliki rumah dengan cara mengkredit, tentu saja terbantu,” katanya.
Dua contoh tersebut bagi Hotbonar, sudah mencerminkan sesuatu yang riil, yang dilakukan Jamsostek untuk terus berkreasi. Tak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan pekerja, yang menjadi peserta. Artinya, kesejahteraan tak hanya diukur dari uang semata, melainkan juga penunjang hidup. “Dan Jamsostek selalu berkomitmen kea rah itu,” tegas Hotbonar.
Manajemen PT Jamsostek sendiri sudah berkomitmen melayani pekerja. Satu program andalan mereka adalah dengan semakin besar dan variatifnya program Dana Peningkatan Kesejahteraan Pekerja (DPKP).

Program-program DPKP yang sudah dilaksanakan terdiri dari dua jenis yaitu DPKP bergulir (dikembalikan) dan DPKP tidak bergulir (hibah). Sampai bulan Agustus 2011 lalu, DPKP menyentuh angka Rp 153,933 miliar, dari total dana yang sudah dipersiapkan sebesar Rp 437 miliar. Artinya, kesempatan bagi peserta untuk memanfaatkan dana tersebut sangat besar, guna menyokong dan meningkatkan level kesejahteraan mereka.
Dari total dana sampai triwulan III-2011, realisasi untuk rumah susun sewa sebesar Rp 52,304 miliar, pinjaman uang muka kredit pemilikan rumah Rp 68,126 miliar, pinjaman koperasi karyawan Rp 1,578 miliar, lalu hibah mobil ambulans seharga Rp 740 juta, pelayanan kesehatan Cuma-Cuma Rp 1,198 miliar, bantuan beasiswa Rp 27,442 miliar, bantuan pelatihan tenaga kerja Rp 834 juta dan bantuan PHK sebesar Rp 166 juta.
Terobosan juga dilakukan di sisi pemberian uang muka perumahan (PUMP), yang kini bisa diperoleh peserta atau anggota hingga 50 juta. Sekedar catatan, di level PUMP ini, perusahaan terbuka ini sudah mengggelontorkan dana sekitar Rp 596,424 miliar kepada 76.173 pekerja peserta Jamsostek (Statistik sampai akhir tahun 2010).
Tahun 2011 direncanakan akan disalurkan untuk rusunawa sebesar Rp.150 miliar , dan PUMP sebesar Rp. 220 miliar "Kami juga akan mengucurkan untuk pinjaman koperasi karyawan sekitar Rp 6,4 miliar, pinjaman provider kesehatan Rp 3 miliar, bantuan kesehatan sebesar Rp. 3,6 miliar , bidang pendidikan, berupa beasiswa sebesar Rp.29,4 miliar .dan pelatihan tenaga kerja sebesar Rp 1,8 miliar,” imbuh Hotbonar, yang mengungkapkan, sampai saat ini pihaknya secara total sudah membayar klaim kepesertaan sebesar Rp 45,139 triliun selama 34 tahun sejak 1977 hingga September tahun ini.
Jumlah terbesar yang dibayarkan pada pekerja adalah klaim jaminan hari tua, yakni sekitar Rp 37,16 triliun, pembayaran klaim jaminan kecelakaan kerja Rp 3,26 triliun, klaim jaminan pelayanan kesehatan Rp 3,22 triliun, dan klaim jaminan kecelakaan kerja sekitar Rp 1,49 triliun.
Selain kesejahteraan di level ‘psikologis’ seperti penyediaan rumah susun sewa, bantuan pembelian rumah susun, pemberian uang muka untuk kredit rumah dan sistem pembayaran klaim yang mudah serta cepat, Jamsostek juga makin mengeksiskan diri dalam program nyata yang mendukung makin meningkatkanya kesejahteraan, bukan saja peserta/anggota, melainkan juga masyarakat umum.
Beberapa program yang kini tengah dikerjakan intensif oleh Jamsostek antara lain program kemitraan yang berbasis ekonomi, dengan sistem pinjaman biasa dan pinjaman khusus. Dua jenis pinjaman tersebut murni menyasar pada unit usaha mikro dan kecil, dengan kapasitas kekayaan bersih hanya Rp 200 juta, plus hasil penjualanan tahunan maksimal Rp 1 miliar.
Beragam skema untuk makin meningkatkan kesejahteraan peserta dan masyarakat secara umum tersebut, membuktikan eksistensi dan tingkat kreasi Jamsostek, di tengah persaingan dengan perusahaan swasta yang berjalan di rel sejenis. “Komitmen, baik dalam bentuk sketsa ataupun realitas, terus kami tingkatkan, dan itu tak akan berhenti hanya karena kami sudah merasa puas,” tegas Hotbonar,  Langkah terpenting yang kini dilakukan manajemen adalah menggelar sosialisasi agar semua program dan dana bisa terserap secara maksimal untuk peserta.

Penulis: Nurfahmi Budi  |  Editor: Prawira Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar