REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP
Sutopo Purwo Nugroho berpendapat, pembangunan di Jakarta terus memakan
lahan yang seharusnya menahan banjir. Ia mencontohkan dataran banjir
seluas 24 ribu hektare di Jakarta Utara telah berubah menjadi permukiman
dan industri.
Masalahnya lebih luas lagi, kata Sutopo, karena
sistem pengendali banjir di Jakarta dibangun untuk rencana jangka
panjang 3-100 tahun ke depan. Sementara, sistem drainasenya untuk
sepuluh tahun ke depan. Tapi, yang terjadi saat hujan deras, kata dia,
ternyata kondisi eksistingnya jauh dari rencana awal.
Sutopo
menilai, tiap tahun selalu ada upaya struktural dan nonstruktural untuk
mengatasi banjir. Hanya saja, upaya tersebut kalah cepat dibandingkan
dengan laju penyebab timbulnya banjir.
Kondisi ini diperparah
dengan kemampuan alur sungai yang turun drastis. Sungai Ciliwung,
misalnya, kini kekuatan alur sungainya tinggal 17,5 persen, sementara
Sungai Pesanggrahan hanya 20,7 persen. ''Jadi bukan hal aneh jika
terjadi banjir karena kemampuan mengaruskan debit banjir lebih kecil
daripada limpahan yang ada,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar