TRIBUNNEWS.COM PEKANBARU, - Brigadir Satu (Briptu)
Joko Bobianto, anggota polisi yang bertugas di Polresta Pekanbaru,
selamat dari maut setelah dianiaya secara sadis oleh rekan- rekannya
sesama polisi dan anggota TNI.
Dikira telah meninggal dunia, tubuhnya
dibuang ke kolam dan ditembaki.
Ternyata Briptu Joko masih hidup. Ia ditemukan warga dalam kondisi
pingsan dengan tubuh penuh tusukan dan sayatan senjata tajam di teras
sebuah masjid di Kubang Raya, Siak Hulu, Selasa (13/11/2012) subuh.
Yang mengejutkan delapan pelaku yang terdiri dari 3 oknum Kepolisian
RI (Polri), 4 oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan seorang warga
sipil, diduga terkait dengan mafia narkoba. Saat melakukan penganiayaan
mereka diketahui mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.
"Semua ini terjadi gara-gara narkoba. Saya akan tindak tegas walaupun
itu anggota (polisi dan tentara). Mafia narkoba harus diberantas
habis," kata Kepala Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pekanbaru Kombes
Adang Ginanjar kepada wartawan, Selasa kemarin.
Kisah penganiayaan sadis dan brutal yang dialami Briptu Joko Bobianto
dan bagaimana ia secara ajaib bisa menyelamatkan diri, mirip dengan
cerita-cerita film mafia di televisi.
Kisah bermula Senin (12/11) sore, sekitar pukul 17.30. Briptu Joko
ditelepon seorang rekannya, yang juga polisi, untuk datang ke sebuah
tempat di Jalan Kartama, Marpoyan Damai, Pekanbaru. Rupanya, ini
merupakan pancingan untuk polisi muda berusia 28 tahun tersebut.
Pasalnya, di tempat tersebut telah menunggu si penelepon dan tujuh pria
lainnya.
Mereka ramai-ramai menganiaya Briptu Joko, dengan dipukul benda
tumpul serta ditusuk dan disayat senjata tajam. Luka paling parah
ditemukan di dada sebelah kanan atas, yang diduga ditusuk dengan tombak.
Tengah malam, sekitar pukul 00:00, dalam kondisi tubuh babak belur
dan penuh luka, korban diangkut para pelaku dengan mobil Mitsubishi
Grandis hitam BM 423 IN untuk dibuang di kawasan rawa-rawa dan sepi di
bilangan Kubang Raya, yang berada di perbatasan Pekanbaru dengan Kampar.
Selama di perjalanan, diduga Briptu Joko terus dianiaya. Tampak para
pelaku telah merencanakan pembunuhan ini dengan rapi. Itu terlihat dari
setting bagian belakang mobil, di mana joknya sengaja dilepas, agar
leluasa menganiaya korban.
Mengira korban telah meninggal dunia, para pelaku melemparkan tubuh
Briptu Joko ke sebuah kolam di kawasan rawa-rawa bersemak pada malam
yang sepi tersebut. Untuk memastikan lagi bahwa korban benar-benar sudah
tidak bernyawa, pelaku melepaskan sejumlah tembakan ke arah kolam.
Sebelum pergi, mereka membakar seragam Briptu Joko untuk menghilangkan
jejak.
Ajaib. Briptu Joko Bobianto ternyata masih hidup. Suami Fitriana dan
ayah dari Zafran, yang masih berusia 1 tahun, itu rupanya dalam kondisi
pingsan saat dilempar komplotan penganiaya ke kolam.
Setelah memastikan kondisi aman, yakin kawanan penganiaya telah
pergi, Briptu Joko keluar dari kolam. Dengan sisa-sisa tenaganya, Joko
merayap menembus kegelapan malam menuju Masjid Nurul Huda, Kubang, untuk
meminta pertolongan. Di sanalah, di teras masjid, ia ditemukan penjaga
masjid pada Selasa subuh, dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia hanya
bercelana pendek, dengan tubuh penuh luka.
Dikira bukan polisi
Awalnya warga mengira korban bukan anggota polisi. Lurah diberitahu,
dan kemudian melaporkannya ke Polsek Siak Hulu. Sekitar pukul 07.00,
Briptu Joko dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Pekanbaru.
Hingga Selasa malam, Briptu Joko masih mendapat perawatan intensif di
ruang VIP A akibat luka-lukanya yang parah, terutama di bagian dada dan
paha. Perban putih dengan bercak darah tampak membungkus sebagian besar
tubuhnya. Sementara ruang perawatannya dijaga ketat sejumlah polisi
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar mengatakan, para pelaku
hendak membunuh Briptu Joko. Mereka menganiaya korban dengan beragam
senjata tajam. Di antaranya tombak untuk menusuk dada kanan korban. Ia
juga diduga ditusuk dengan pisau sangkur di bagian tangan. Beberapa
bagian tubuhnya disayat yang diduga menggunakan pisau cutter.
Bahkan saat hendak dioperasi sekitar pukul 09.00, patahan pisau
cutter yang digunakan pelaku masih tertinggal di paha korban. "Luka
sayatan hampir di sekujur tubuh," kata Kombes Adang Ginanjar.
Dia mengungkapkan, saat telah dibuang ke dalam kolam, Briptu Joko
sempat ditembaki oleh pelaku dengan menggunakan senjata rakitan yang
biasa digunakan untuk berburu. Itu dilakukan para pelaku untuk
memastikan korban telah tewas.
Ditangkap
Kapolresta Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar, mengatakan tiga orang
pelaku telah ditangkap. Mereka adalah dua polisi di jajaran Polresta
Pekanbaru, masing-masing bernisial IR dan SP. Satu lagi warga sipil
berinisial JN, seorang bandar narkoba.
Kombes Adang Ginanjar mengatakan, JN merupakan bandar narkoba dan
sudah masuk dalam daftar orang yang diincar institusinya. "Saat hendak
ditangkap di suatu tempat, ia berusaha melarikan diri. Terpaksa kita
lumpuhkan (dengan tembakan)," ucapnya.
Kedua polisi juga berusaha melarikan diri. Satu di antaranya bahkan
melompat dari lantai dua rumahnya, namun berkat kesigapan aparat, ia
berhasil diringkus.
Satu oknum polisi lainnya, berinisial N, merupakan anggota Polres
Rokan Hulu (Rohul). Hingga kemarin sore ia masih dalam pengejaran. "Dia
sudah tiga hari tidak masuk kantor," kata Adang.
"Sementara untuk para pelaku dari anggota TNI, kita serahkan penanganannya kepada POM (Polisi Militer)," ujarnya.
Kapolresta Pekanbaru Kombes Adang Ginanjar menyatakan, para pelaku
bisa dijerat pasal berlapis, di antara Pasal 353, Pasal 338, dan Pasal
333, KUHAP, tentang penganiayaan dengan perencanaan untuk menghilangkan
nyawa orang lain. "Ancaman hukumannya bisa seumur hidup," kata dia.
Belum diketahui pasti motif para pelaku hendak menghabisi nyawa
Briptu Joko Bobianto. Tapi diduga para pelaku terkait dengan jaringan
pengedar narkoba. Hal itu dikuatkan dengan keberadaan seorang pelaku,
yakni JN, yang merupakan bandar narkoba.
Dari hasil pemeriksaan awal terhadap ketiga pelaku yang ditangkap,
mereka diketahui positif menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. Sehingga,
mereka diduga menggunakan sabu-sabu saat melakukan penganiayaan. "Selain
positif menggunakan narkoba, kita juga menemukan barang bukti berupa
bong (alat hisap sabu)," jelasnya.
Terkait hal itu, Kombes Adang Ginanjar menambahkan tidak tertutup
kemungkinan penyelidikan kasus ini tidak hanya mengenai kasus
penganiayaan semata, tapi juga dikembangkan pada kasus peredaran
narkoba.
Dia sangat menyayangkan penganiayaan yang nyaris merenggut nyawa anak
buahnya. Dan yang lebih membuatnya geram, penganiayaan itu dilakukan
oleh oknum polisi dan TNI.
Komandan Detasemen Polisi Militer
(Denpom) Pekanbaru Mayor CPM Donald Siagian berjanji akan menindak tegas
keempat prajurit TNI yang diduga melakukan penganiayaan terhadap Briptu
Joko.
"Pasti akan kita tindak, kalau memang terlibat. Tidak akan ada pandang bulu," ucapnya, seperti dikutip dari riauterkini.com.
Dia menambahkan, "Ini bukan gesekan dua kesatuan. Ini kriminal murni, karena ada juga tiga polisi yang diduga menjadi pelaku."
Sementara itu, mertua perempuan Briptu Joko Bobianto tak banyak
berkomentar saat Tribun hendak menggali informasi mengenai keseharian
korban. Ia hanya mengatakan, putrinya, Fitriani menikah Joko sekitar
tiga tahun lalu. "Mereka dikaruniai seorang anak yang masih berusia satu
tahun. Namanya Zafran," ujarnya saat ditemui di RS Bhayangkara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar