TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perang urat syaraf dua
kandidat calon gubernur DKI Jakarta kembali terjadi pada debat publik
kedua. Fauzi Bowo dan Joko Widodo beradu sindiran saat mengikuti debat
publik di Metro TV, Minggu malam (16/9/2012).
Jual-beli sindiran itu berlangsung hingga debat publik diakhiri
pernyataan penutup dari dua kandidat. Kendati dipersilahkan untuk
memaparkan sisi positif kompetitor, keduanya justru kembali melempar
sindiran.
Sindiran bermula saat Calon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo
mendapat kesempatan pertama untuk mengungkap sisi positif, Joko Widodo.
Foke -sapaan Fauzi Bowo- menyebut, banyak belajar pencitraan dari Joko
Widodo. Harapan Foke, pencitraan yang dilakoni Wali Kota Solo itu akan
membawa berkah untuk Jakarta.
"Paling tidak, menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan.
Buat saya itu positif," kata Foke. Foke melanjutkan, "Saya akan belajar
pencitraan yang semakin baik."
Jokowi tak mau kalah atas aksi Foke. Ia pun mengaku banyak belajar
dari lawannya di pemilihan gubernur DKI Jakarta. Bagi Jokowi, pria
berkumis ini punya pengalaman malang melintang di birokrasi Jakarta.
Satu persatu pengalaman Foke disebut Jokowi dari mulai Sekda, Wakil
Gubernur hingga jabatan Gubernur.
"Dengan pengalaman itu mestinya beliau bisa langsung action,
memutuskan. Tidak hanya rencana, rencana dan akan melaksanakan. Hal
positifnya ya baru merencanakan itu. Paling tidak beliau sudah punya
rencana meski belum dikerjakan," sindir Jokowi.
Saling sentil dua kandidat Pemilukada DKI terus terjadi sepanjang
mengikuti debat publik. Jokowi menilai, Foke hanya beretorika saat
memimpin Jakarta. Pembangunan mass rapid transportation (MRT), proyek
monorail, dan busway menjadi bukti yang dibeberkan Jokowi.
"Di dalam RPJM harus diselesakan 15 koridor. Sekarang baru 11
koridor. Jadi yang beretorika itu saya atau Pak Fauzi?" sindir Jokowi
melemparkan pernyataan kepada Foke.
Mendengar pernyataan Jokowi, membuat Foke tidak tinggal diam.
Menurut Foke, proyek monorail sudah dilakukan dan begitu juga busway
sejak 2004.
Terkait baru selesai hanya 11 koridor yang diselesaikan di era
Gubernur Sutiyoso, Foke menampiknya. "Yang empat koridor tidak bisa
dengan cara yang sama," elak Foke.
Foke pun pada satu kesempatan menjelaskan, pengembangan koridor dan
standar pelayanan minimum busway berjalan lambat agar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Jakarta. Salah satu yang selalu dijaga pada standar
pelayanan minimum busway adalah headway yang singkat dari satu armada
ke armada yang lain.
"Yang buat ini pak Sutiyoso dan saya, bukan ente," ujar Foke.
Ia lalu mengemukakan, pemasangan monitoring device untuk
meningkatkan standar pelayanan minimum busway. Ia juga mengaku, mengatur
jalur busway agar dalam satu jalur juga dapat berintegrasi dengan
koridor lain.
Sindiran Jokowi perihal transportasi di Jakarta itu mencuat usai
Foke mempertanyakan perasaan Jokowi sebagai orang Jawa, yang saat ini
menjabat Wali Kota Solo untuk rakyat, tapi kemudian mencalonkan diri
sebagai Gubernur Jakarta.
Pertanyaan Foke pun ditanggapi serius oleh Jokowi. Ia menilai,
dirinya mengikuti Pemilukada DKI Jakarta karena diperbolehkan
Undang-Undang. "Kalau undang-undang tidak memperbolehkan ya saya tidak
akan mencalonkan ke sini," ujar Jokowi.
Jokowi lalu mencontohan perihal gubernur yang belum kelar masa
jabatannya, namun kemudian meninggalkan jabatan lantaran diminta oleh
presiden sebagai menteri. Begitu juga dengan pencalonan dirinya sebagai
Gubernur Jakarta karena selain diperbolehkan undang-undang diminta
partainya PDI Perjuangan.
"Masa saya harus di Solo terus, ya harus meningkat lah," kata Jokowi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar