TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Aparat kepolisian di
wilayah hukum Lengkong, Kota Bandung, sudah mengantisipasi munculnya
kejahatan jalanan, termasuk penjambretan, dengan melakukan patroli dan
menempatkan petugas berpakaian preman.
Namun para pelaku memanfaatkan
kelengahan petugas saat beraksi sehingga beberapa kali terjadi tindak
kejahatan pada jam-jam rawan antara pukul 16.00 hingga 21.00.
"Khusus
di wilayah Polsek Lengkong ini, daerah yang rawan jambret itu di
kawasan Jalan Banteng, Palasari, Lodaya, dan Burangrang. Jam rawan, ya
itu, pas pulang kerja atau bubaran toko," ujar Kapolsek Lengkong, Kompol
Arfai Chriesirian, di Mapolsek Lengkong, Senin (17/9/2012).
Modus
para pelaku, kata Kapolsek, selain berkomplot, juga menggunakan sepeda
motor saat menjalankan aksinya. Hal itu dilakukan bukan hanya oleh
bandit penjambret, tapi juga para bandit penodongan, perampasan sepeda
motor, dan pencurian modus pecah kaca.
Beberapa waktu lalu,
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Abdul Rakhman Baso pernah mengungkapkan
sejumlah wilayah di Bandung, titik rawan kejahatan jalanan. Antara lain
Jalan Ir H Djuanda (Dago), Jalan HOS Cokroaminoto (Pasirkaliki), Jalan
Asia-Afrika, Jalan LRE Martadinata, Jalan Soekarno-Hatta, dan Jembatan
Layang Pasupati. Polrestabes Bandung pun melakukan pemetaan lokasi-
lokasi rawan kejahatan jalanan, termasuk penjambretan ini.
Kasus
penjambretan terakhir menimpa Lola Harma Nurjeni (29), wartawan sebuah
stasiun televisi swasta, di kawasan Jalan Kidang Dalam, Buahbatu,
Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, Minggu (16/9/2012) sekitar pukul
19.00.
Lola mengalami luka lebam di tangan, luka di bagian bibir,
dan satu gigi bawah tanggal karena ditonjok si penjambret. Luka lebam
akibat bacokan golok pelaku ke tangan kanan Lola. Selain itu, tas Lola
berisi sejumlah barang berharga pun dibawa kabur pelaku. Total kerugian
diperkirakan mencapai Rp 5 juta.
"Cuma lebam. Goloknya tumpul.
Waktu itu suasana lagi sepi. Orang-orang mungkin lagi pada salat Isya,"
kata Lola di Mapolsek Lengkong, kemarin.
Wanita berambut pendek
ini pun menceritakan saat itu ia baru turun dari sebuah angkutan kota
menuju ke rumahnya. Ketika itu, ia baru saja meliput pelantikan pengurus
Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Gedung Sasana Budaya Ganesha,
Jalan Tamansari, Bandung.
Turun dari angkot Cikudapateuh-Ciroyom
di Jalan Buahbatu, pertigaan Jalan Kidang, Lola berjalan kaki menuju
rumahnya. Tas abu-abu ia selendangkan di lengan kanan. Ponsel BlackBerry
tetap dipegangnya di tangan kiri.
Sekitar 20 meter atau terhalang
sepuluh bangunan dari rumahnya, Lola mendengar suara raungan motor yang
bising memekakkan telinga dari arah belakang. Tampak dua orang berada
di atasnya. Pengemudi motor mengenakan helm half face. Bandit yang
dibonceng di belakangnya mengenakan helm full face hitam.
Sejurus
kemudian, pengemudi motor itu membalikkan badan, bandit yang dibonceng
meraih tas yang dibawa Lola. Ia berusaha merebutnya, tapi tasnya
menyangkut di lengan Lola. Sempat terjadi tarik-menarik tas antara
bandit dan Lola. Melihat perlawanan dari Lola, bandit yang dibonceng itu
bergegas, turun dari motor.
"Yang dibonceng itu langsung ngebacok
tangan saya pakai golok. Sempat kaget. Tapi, saya lihat enggak ada luka
atau berdarah. Ya, mungkin memang golok itu tumpul. Tahu begitu,
refleks. Saya ngelawan sambil teriak minta tolong," kata Lola.
Tak
berhasil memutuskan tali tas yang dipegang erat Lola, penjambret itu
melayangkan tinjunya ke wajah Lola dan mengenai bagian mulut. Lola
terenyak dan tas pun terlepas dari genggaman tangannya. Darah mengucur
dari bibir dan gigi bagian bawah pun copot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar