TRIBUNNEWS.COM,BANDUNG - Nuraini termangu, menangis, dan punggungnya terguncang menahan isakan.
Perempuan berusia sekitar 25 tahun ini ketakutan tatkala dagangannya
yang berupa tempe dan tahu diambil paksa oleh anggota Primer Koperasi
Perajin Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti).
Nuraini bercerita, saat itu dia hendak menjual dagangannya ke calon
pembeli. Namun sekonyong-konyong anggota Primkopti yang sedang melakukan
sweeping tahu-tempe di Pasar Rawamangun mendatangi lapaknya.
"Tadi ada ibu-ibu yang mau beli tahu. Eh, malah diambil. Sudah gitu
marah-marah," ujarnya di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (25/7).
Agus Rafli, bapak Nuraini, yang mendapati anaknya menangis, langsung
menyatakan kekecewaannya. Anggota Primkopti sendiri langsung membubarkan
diri.
"Sudah ada pemberitahuan sebelumnya. Tapi caranya nggak begini. Anak saya sampai nangis ketakutan," protesnya.
Sekjen Gabungan Koperasi Perajin Tahu-Tempe Indonesia (Gabkoptindo)
Suyanto, yang memimpin sweeping, mengatakan justru pedagang yang
menyakiti para perajin. Sebab, sudah ada kesepakatan pedagang tidak akan
berjualan tempe-tahu lagi.
"Bukan kami yang menyakiti hati mereka, tapi mereka yang menyakiti
hati kami. Kami sudah sepakat, kenapa mereka masih jualan?" ujarnya di
lokasi yang sama seusai sweeping.
Suyanto mengatakan akan terus melakukan sweeping selama mogok
produksi, 25- 27 Juli 2012. Dia meminta pemerintah bisa menstabilkan
harga kedelai.
"Kami menuntut pemerintah. Yang pertama, stabilkan harga kedelai,
yang kedua swasembada kedelai seperti yang diprogramkan pemerintah tahun
2014 swasembada kedelai. Kemudian yang ketiga, pemerintah menunjuk
BUMN/Bulog menangani kedelai kembali. kedelai jadi komoditas yang
diawasi pemerintah," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar