REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain virus HIV/AIDS, selama ini kita
mengenal 'Raja Singa' sebagai salah satu penyakit mematikan akibat seks
bebas. Tapi kini, ada penyakit baru yang tak kalah berbahaya dari dua
penyakit tersebut. Para ilmuwan menyebutnya 'Kutu Super' gonorea.
Ironisnya,
penyakit tersebut tahan terhadap obat. Penyebarannya pun sudah melanda
seluruh dunia. Menurut laporan lembaga kesehatan PBB, jutaan pasien
mungkin tidak terobati kecuali para dokter menemukan dan mengobatinya
lebih dini.
Para ilmuwan melaporkan temuan satu rangkaian 'Kutu
Super' gonorea di Jepang pada 2008 lalu. Rangkaian penyakit kelamin
tersebut tahan terhadap antibiotik.
Saat itu, para ilmuwan
memperingatkan penyakit 'Kutu Super' genorea dapat mengubah infeksi yang
dulu mudah diobati menjadi ancaman kesehatan global. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kekhawatiran itu sekarang jadi
kenyataan.
Banyak negara di dunia, termasuk Australia, Prancis,
Norwegia, Swedia dan Inggris melaporkan kasus penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks tersebut, tahan terhadap antibiotik cephalosporin.
Padahal, obat itu biasanya menjadi pilihan terakhir untuk menjinakkan
gonorea.
"Gonorea menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat,"
kata Manjula Lusti-Narasimhan, dari Departemen Penelitian dan Kesehatan
Reproduksi di WHO, sebagaimana dikutip Reuters, Rabu (6/6).
Narasimhan
mengatakan, lebih dari 106 juta orang baru terinfeksi penyakit itu
setiap tahun. "Organisme itu adalah apa yang kami sebut sebagai 'Kutu
Super', dan telah mengembangkan ketahanan terhadap setiap klas
antibiotik yang ada," kata ilmuwan wanita tersebut dalam pertemuan di
Jenewa, Swiss.
"Jika infeksi gonorea tak diobati, dampak kesehatannya penting."
Gonorea
adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui hubungan seks, yang jika
dibiarkan dan tak diobati dapat mengarah kepada penyakit radang
panggul, kehamilan ektopik, bayi meninggal saat dilahirkan. Selain itu,
penyakit tersebut bisa menyebabkan infeksi mata parah pada bayi, dan
ketidak-suburan pada lelaki dan perempuan.
WHO menyerukan
masyarakat dunia meningkatkan kewaspadaan mengenai penggunaan antibiotik
secara benar. Penelitian lebih lanjut mengenai pengobatan alternatif
bagi apa yang disebut infeksi gonorea juga harus diperhatikan.
Kemunculan
rangkaian gonorea 'Kutu Super' disebabkan akses yang tak diatur ke
antibiotik dan penggunaan antibiotik secara berlebihan. Sehingga,
memberi bahan bakar bagi mutasi genetika alamiah pada bakteri itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar