Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Selasa, 11 Desember 2012

Seorang Guru SMP 3 Cileunyi Dituding Pukul Murid

TRIBUNNEWS.COM,CILEUNYI-- Zam Zam (12), siswa kelas 7 SMP Negeri 3 Cileunyi, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, menjadi korban kekerasan wali kelasnya sendiri di dalam kelas.

Pemukulan dilakukan di depan puluhan murid lainnya di ruang kelas 7 D. Guru yang juga pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut memukul Zamzam sebanyak empat kali dengan gulungan buku absensi siswa. Salah satunya mengenai leher Zamzam.
Ditemui Tribun di kediamannya di Kompleks Griya Mitra, Jalan Mitra sejati 5 No 11, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin (10/12), orang tua Zam Zam, Agus Heryatna (44) mengaku masih tak bisa mengerti, bagaimana seorang guru bisa begitu ringan tangan terhadap muridnya.
Ia lebih tak mengerti lagi, karena sekali pun ia sudah berulang kali datang menemui kepala SMPN 3 dan bahkan dipertemukan dengan guru yang memukul anaknya, alasan pemukulan tetap tak pernah jelas.
Agus lantas bercerita, peristiwa pemukulan itu bermula ketika Kepala SMPN 3 Cileunyi, Syarifudin, datang ke kelas 7 E tempat anaknya belajar, Rabu (14/11). Saat itulah, Zam Zam, menurut Agus, bertanya tentang pelarangan yang dilakukan sekolah terhadap para siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).
Zam Zam berani bertanya, karena ketika itu kepala sekolah memang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya. Namun, kata Agus, anaknya sama sekali tak menyebut-nyebut nama wali kelasnya itu saat bertanya pada kepala sekolah.
"Baru setelah anak saya berani bertanya seperti itu, teman-teman sekelasnya ikut ngomong. Beberapa temannya bahkan mengeluhkan penilaian pelajaran Bahasa Inggris yang mereka rasakan tidak adil. Sebab, semua siswa tidak mengikuti les yang diselenggarakan Ibu Diah tidak bisa mendapatkan nilai bagus," katanya.
Namun, tak lama setelah Kepala SMPN 3 Cileunyi keluar dari kelas anaknya, lanjut, Agus, Ibu Diah memanggil anaknya untuk menemuinya di kelas 7 D. Kala itu, ujar Agus, anaknya dimarahi dan dikata-katai sebagai tukang adu kepada sekolah. Namun anaknya membantah karena merasa tak mengadukan siapa pun, hanya melaporkan tentang pelarangan eskul terhadap para siswa.
"Tapi, guru itu rupanya tidak terima. Ia langsung dipukul pakai buku absen sebanyak empat pukulan di depan puluhan siswa kelas 7 D. Buku absennya bahkan sampai rusak. Akibat pukulan itu, leher anak saja memerah," ujar Agus.
Singkat cerita, Zam Zam pun menceritakan peristiwa yang menimpanya itu kepada orang tuannya sesampainya di rumah. "Mendengar cerita itu, saya pun langsung berniat menemui kepala sekolah untuk mempertanyakan kebenarannya. Oleh kepala sekolah, saya dipertemukan dengan guru yang memukul anak saya itu. Guru itu sempat membantah melakukan pemukulan lantaran Zam Zam berbicara tentang pelarangan ekskul sebelum akhirnya mengaku," kata Agus.
"Saat itu, guru tersebut mengaku melarang anak-anak ikut ekstra kurikuler karena akan ada pergantian guru kesiswaan. Bagi saya, tetap saja ini tak masuk akal," tambahnya.
Meski sudah bertemu dengan kepala sekolah dan dipertemukan dengan guru yang bersangkutan, kata Agus, persoalan tak lantas selesai. Anaknya bahkan sempat diusir dari ruang kelas oleh guru tersebut. "Belum lagi kata-kata tak pantas yang dilontarkan guru tersebut saat mengusir Zam Zam dari kelas," kata Agus.
Karena intimidasi itulah, lanjut Agus, ia pun kembali menemui kepsek. "Tapi tetap saja tak ada tindak lanjut."
Agus mengaku sudah mengadu kepada kepala sekolah tiga kali, yakni Jumat (16/11), Senin (26/11), Kamis (29/11). "Anak saya dipukul tapi sampai sekarang tidak ada kabar terkait sanksi terhadap pemukulnya. Malah oleh kepala sekolah, anak saya justru disarankan untuk minta maaf. Yang salah sebetulnya siapa?" ujarnya.
Ditemui di SMPN 3 Cileunyi, kemarin, Diah mengaku sangat sedih dan menyesalkan kabar tersebut beredar ke luar sekolah. Pasalnya, Diah menilai persoalan itu sudah diselesaikan secara baik-baik.
"Persoalan ini saya anggap ujian dan koreksi buat saya. Namun saya heran ada yang melaporkan hal ini. Ada yang ingin menjatuhkan saya karena tidak suka sama saya. Kalau mau jahat saya juga bisa melakukan hal yang sama," ujarnya.
Diah pun mengaku pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti terhadap dirinya. Pasalnya, sebagai guru, Diah memiliki kewajiban mengajarkan para peserta didiknya itu untuk benar. Itu mengapa ia membantah jika telah melakukan pemukulan dan intimidasi kepada peserta didik yang tidak disukainya.
"Saya tidak pernah melakukan apa pun yang dilaporkan. Tapi memang saya memukulkan buku absen ke tubuhnya. Itu pun bukan kategori pukulan yang keras. Kami pun sudah saling memaafkan," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar