Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Senin, 17 September 2012

Foke dan Jokowi Jual-Beli Sindiran

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perang urat syaraf dua kandidat calon gubernur DKI Jakarta kembali terjadi pada debat publik kedua. Fauzi Bowo dan Joko Widodo beradu sindiran saat mengikuti debat publik di Metro TV, Minggu malam (16/9/2012).
Jual-beli sindiran itu berlangsung hingga debat publik diakhiri pernyataan penutup dari dua kandidat. Kendati dipersilahkan untuk memaparkan sisi positif kompetitor, keduanya justru kembali melempar sindiran.
Sindiran bermula saat Calon Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mendapat kesempatan pertama untuk mengungkap sisi positif, Joko Widodo. Foke -sapaan Fauzi Bowo- menyebut, banyak belajar pencitraan dari Joko Widodo. Harapan Foke, pencitraan yang dilakoni Wali Kota Solo itu akan membawa berkah untuk Jakarta.
"Paling tidak, menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dilaksanakan. Buat saya itu positif," kata Foke. Foke melanjutkan, "Saya akan belajar pencitraan yang semakin baik."
Jokowi tak mau kalah atas aksi Foke. Ia pun mengaku banyak belajar dari lawannya di pemilihan gubernur DKI Jakarta. Bagi Jokowi, pria berkumis ini punya pengalaman malang melintang di birokrasi Jakarta. Satu persatu pengalaman Foke disebut Jokowi dari mulai Sekda, Wakil Gubernur hingga jabatan Gubernur.
"Dengan pengalaman itu mestinya beliau bisa langsung action, memutuskan. Tidak hanya rencana, rencana dan akan melaksanakan. Hal positifnya ya baru merencanakan itu. Paling tidak beliau sudah punya rencana meski belum dikerjakan," sindir Jokowi.
Saling sentil dua kandidat Pemilukada DKI terus terjadi sepanjang mengikuti debat publik. Jokowi menilai, Foke hanya beretorika saat memimpin Jakarta. Pembangunan mass rapid transportation (MRT), proyek monorail, dan busway menjadi bukti yang dibeberkan Jokowi.
"Di dalam RPJM harus diselesakan 15 koridor. Sekarang baru 11 koridor. Jadi yang beretorika itu saya atau Pak Fauzi?" sindir Jokowi melemparkan pernyataan kepada Foke.
Mendengar pernyataan Jokowi, membuat Foke tidak tinggal diam. Menurut Foke, proyek monorail sudah dilakukan dan begitu juga busway sejak 2004.
Terkait baru selesai hanya 11 koridor yang diselesaikan di era Gubernur Sutiyoso, Foke menampiknya. "Yang empat koridor tidak bisa dengan cara yang sama," elak Foke.
Foke pun pada satu kesempatan menjelaskan, pengembangan koridor dan standar pelayanan minimum busway berjalan lambat agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jakarta. Salah satu yang selalu dijaga pada standar pelayanan minimum busway adalah headway yang singkat dari satu armada ke armada yang lain.
"Yang buat ini pak Sutiyoso dan saya, bukan ente," ujar Foke.
Ia lalu mengemukakan, pemasangan monitoring device untuk meningkatkan standar pelayanan minimum busway. Ia juga mengaku, mengatur jalur busway agar dalam satu jalur juga dapat berintegrasi dengan koridor lain.
Sindiran Jokowi perihal transportasi di Jakarta itu mencuat usai Foke mempertanyakan perasaan Jokowi sebagai orang Jawa, yang saat ini menjabat Wali Kota Solo untuk rakyat, tapi kemudian mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta.
Pertanyaan Foke pun ditanggapi serius oleh Jokowi. Ia menilai, dirinya mengikuti Pemilukada DKI Jakarta karena diperbolehkan Undang-Undang. "Kalau undang-undang tidak memperbolehkan ya saya tidak akan mencalonkan ke sini," ujar Jokowi.
Jokowi lalu mencontohan perihal gubernur yang belum kelar masa jabatannya, namun kemudian meninggalkan jabatan lantaran diminta oleh presiden sebagai menteri. Begitu juga dengan pencalonan dirinya sebagai Gubernur Jakarta karena selain diperbolehkan undang-undang diminta partainya PDI Perjuangan.
"Masa saya harus di Solo terus, ya harus meningkat lah," kata Jokowi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar