Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Sabtu, 01 September 2012

Bupati Sampang Anggap Wartawan Memperkeruh Suasana

TRIBUNNEWS.COM, SAMPANG - Bupati Sampang Noer Tjahja menuding wartawan dan tokoh di luar Sampang, memperkeruh suasana dengan komentar yang tidak benar.

Pernyataan ini disampaikan Noer saat jumpa pers, didampingi anggota Komisi III DPR, Ketua PWNU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah, ulama, MUI Sampang, dan jajaran forum pimpinan daerah, di Pendopo Bupati Sampang, Jumat (31/8/2012).

Dengan kalimat lantang, Noer membantah di Sampang ada aliran Syiah. Hal itu, katanya, hanya diciptakan oleh wartawan.
“Fungsi wartawan sekarang bertambah, sebagai fungsi provokator,” ujar Noer.

Semua komentar tokoh dan pengamat di Jakarta tentang persoalan Sampang, lanjutnya, juga salah.
Karena itu, kepada tokoh, para elite, atau ketua apa saja di Jakarta yang tidak mengerti persoalan di Sampang, Noer meminta mereka diam dan tidak usah berkomentar.

"Mereka yang berkomentar salah karena tidak ke Sampang, dan hanya pintar berteori tentang persoalan Sampang. Sebab, jangankan yang belum turun sendiri ke Sampang, mereka yang sudah ke Sampang, komentarnya juga salah," tutur Noer.

Masalah yang terjadi saat ini, paparnya, sudah darurat. Maka, jalan penyelesaiannya pun harus ditempuh dengan darurat. Yakni, Tajul dan jemaahnya disumpah di Masjid Madegan, yang dikenal keramat dan ampuh.

Noer menilai, dalam sumpahnya, mereka harus kembali ke ajaran Islam yang benar, bukan ajaran yang dibawa Tajul, karena ajaran Tajul sesat dan menyesatkan.
“Sumpah yang bagus itu dilakukan malam Jumat manis pukul 24.00. Kami akan mengundang Pak Gubernur, ulama Madura dan tokoh, biar menyaksikan prosesi sumpah,” ucap Noer.

Ia mengatakan, karena sumpah ini bukan main-main, maka harus ada kesepakatan kedua belak pihak, antara jemaah Tajul dan masyarakat setempat. Jika hal ini bisa dilakukan, maka persoalan ini tuntas dan tidak ada masalah lagi.

Noer mengungkapkan, sebelum 2004, masyarakat di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Blu’uran, Kecamatan Karangpenang, Sampang, hidup rukun berdampingan. Namun, setelah Tajul datang dan menyebarkan ajaran, masyarakat resah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar