Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Jumat, 11 Mei 2012

Usai Mengikuti Ujian Nasional Nadia Menjadi Yatim Piatu


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Nadia (12), putri tunggal instruktur pramugari Sky Aviation Air Craf, Maysarah (39), kini, jatuh sakit. Suhu badannya naik, tak ada nafsu makan setelah mendapat kabar ibunda tercintanya menjadi korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

Inasarah Wardhani (48), kakak tertua Imay, panggilan akrab Maysarah, saat ditemui di kediaman Imay di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Kamis (10/05/2012), mengatakan Nadia sangat terpukul dengan tragedi itu.
"Dia kalau ada apa-apa, pasti cerita sama ibunya, mereka berdua dekat sekali," katanya.
Hal itu dikarenakan Nadia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Imay, karena ayahandanya telah meninggal karena penyakit, 2004 lalu. Ketika itu, Nadia masih berumur empat tahun.
Sejak saat itu, Imay membesarkan putrinya sendirian, bekerja sebagai pramugari dari satu maskapai, ke maskapai lainnya.
Pada 1999 Imay melahirkan Nadia. Setelah tujuh tahun bekerja sebagai pramugari di Garuda Indonesia, Imay memutuskan untuk berhenti karena melahirkan, dan fokus membesarkan anak.
Inasarah, yang akrab dipanggil Ina menjelaskan, kondisi Nadia baru mulai membaik Kamis malam. Nadia sudah mau diajak shalat berjamaah, mendoakan ibunda tercintanya.
Di hari yang sama saat Imay menumpangi Sukhoi Superjet 100 yang nahas itu, Nadia mengikuti Ujian Nasional di sekolahnya. Namun usai ujian, Nia tak bisa lagi bisa bertemu ibundanya.
Ina juga mengatakan, bahwa kepoakannya itu tidak lepas dari handphone BlackBerry, tak lain adalah untuk memantau perkembangan pencarian korban, dari berbagai media online.
Beberapa kerabat Imay juga sudah mendatangi Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, untuk mengetahui perkembangan pencarian.
Selain itu, dua orang kerabat berangkat ke desa Cidahu, Bogor, Jawa Barat, tempat Posko SAR untuk mengetahui perkembangan terkini operasi SAR.
Tragedi ini, membuat saudara-saudara Imay berjumlah delapan orang, sejenak meninggalkan pekerjaan, dan berkumpul di kediaman Imay. Tak hanya itu, sejumlah keponakan Imay pun berhenti bersekolah sejenak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar