Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Kamis, 22 Desember 2011

Tumpak dkk Gojlok Pimpinan KPK di Candi Mendut I


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Empat dari limma pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang dilantik pekan lalu merupakan wajah-wajah baru di institusi itu. Setelah dilantik pekan lalu, para pimpinan mengawali pembekalan pengetahuan yang disebut induksi. Para mantan pimpinan KPK didatangkan menatar Abraham Samad dan kawan-kawan.

Pembekalan ini diikuti empat pimpinan KPK yang baru saja dipilih Komisi III DPR, yakni Abraham Samad, Adnan Pandu Praja, Bambang Widjojanto, dan Zulkarnain. Sementara Busyro Muqoddas tidak ikut karena sudah setahun berada di KPK, dan dianggap sudah tahu seluk-beluk serta aturan main.
Dari pantauan Tribunnews.com, Rabu (21/12), empat pimpinan KPK itu digojlok para senior atau 'alumnus' KPK Tumpak Hatorangan Panggabean. Penggojlokan ini berlangsung tertutup dan rahasia yang bertempat di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Agar tak mengundang perhatian, ruangan penggojlokan dipilih yang terletak di bagian pojok hotel lantai 1, yakni Candi Mendut I. Pada hari yang sama, di seberangnya, ruangan Candi Mendut II dipakai untuk pertemuan pegawai Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Abraham Samad, Ketua KPK, orang yang lebih awal datang ke ruangan tersebut. Abraham langsung diberi arahan atau dimentori Tumpak selaku mantan Pelaksana Tugas Pimpinan KPK pengganti Antasari Azhar yang tersangkut kasus pembunuhan. Saat penggojlokan itu, pimpinan lainnya seperti Adnan, Bambang dan Zulkarnain belum terlihat. Hanya sebentar. Abraham kemudian meninggalkan ruangan, diikuti Tumpak.
Beberapa jam setelah Abraham keluar, Bambang Widjoyanto datang. Ia tiba di ruangan Candi Mendut I pukul 12.35. Bambang mengenakan kemeja putih lengan pendek, tampak tergesa-gesa. Dengan menenteng beberapa buku di tangan kanannya ia bergegas. Di sebelah kirinya, mengikut seorang ajudan yang pernah mengawal Bibit Samad Rianto.
Sementara pimpinan lainnya, Adnan baru tiba pukul 12.42 WIB. Memakai kemeja putih dengan jas hitam, Adnan datang didampingi ajudan yang memakai baju hitam garis-garis putih. Namun Adnan tak lama di dalam, pada pukul 13.13 WIB, keluar dan meninggalkan hotel lalu pergi dijemput menggunakan mobil operasional KPK.
Adnan mengaku, dalam sesi induksi tidak membahas soal komposisi pimpinan. Sebagaimana diketahui, lima pimpinan KPK dikepalai seorang ketua. Empat sisanya, dua menjabat pimpinan KPK bidang pencegahan, dan dua lainnya bidang penindakan.
"Untuk posisi belum. Di dalam cuma transfer knowledge dari pimpinan KPK lama, yang kasih mentor semuanya mantan pimpinan KPK dong. Sekarang Pak Amin (mantan Wakil Ketua KPK Amin Sunaryadi) yang kasih. Ini acaranya tiga hari. Dan saya menjalani induksi ini santai saja," ujar Adnan yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas(.
Ketika disinggung mana yang lebih berat bebannya, antara di Kompolnas atau di KPK, Adnan mengaku KPK lebih berat. "Ya beratan ini lagi (dibanding Kompolnas)," tandasnya. Setelah keluar, Adnan kembali lagi ke Sahid, dan tiba pukul 14.40 WIB. Kali ini ia datang menenteng berkas, bersama ajudannya.
Ada pun Zulkarnain, tiba paling akhir. Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Kalsel, dan mantan Kajati Jawa Timur itu tiba didampingi ajudannya ini langsung memasuki ruangan. Bekas koordinator staf ahli Jaksa Agung Basrief Arief itu tiba pukul 13.02 WIB. Zulkarnain datang mengenakan kemeja biru awan didampingi ajudan berpakaian putih.
Sebelumnya, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad meminta agar semua elemen bangsa dapat bersama-sama dalam memberantas kasus korupsi. Menurut Abramam seluruh elemen masyarakat wajib melakukan perannya dalam hal tersebut.
"Ada di lapisan grassroot bahwa memberantas korupsi itu tidak hanya diserahkan kepada satu elemen (KPK) tapi semua masyarakat harus bekerja, semua elemen masyarakat harus bersatu padu memberantas korupsi, dari sabang sampai merauke," ujar Abraham Samad usai menghadiri peluncuran buku antikorupsi, di Four Season Hotel, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Sementara dalam sambutan cara tersebut, Ambraham kembali menegaskan di bawah kepemimpinannya akan memberlakukan dengan tegas siapapun yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh instansinya. Bahkan untuk Nunun sekalipun tidak akan dibeda-bedakan dengan yang lainnya.
"Kami tak akan memberi perlakukan istimewa terhadap siapapun yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Kuhus untuk Ibu Nunun pun kami akan pun kami perlakukan sama karena hukum tidak membeda-bedakan," ujarnya. (tribunnews/yog/edf)

Editor: Prawira Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar