REPUBLIKA.CO.ID, Hidup dalam kemiskinan tidak menghalangi warga miskin
di ibu kota untuk hidup boros. Bahkan, tingkat konsumsi untuk garis
kemiskinan (GK) di DKI Jakarta menjadi yang terbesar di antara kota-kota
di Indonesia. Peningkatan itu terjadi antara Maret-September 2012.
Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Nyoto Widodo mengatakan, pada
September 2012 GK di DKI sebesar Rp 392.571 per kapita per bulan. Angka
ini lebih tinggi 3,57 persen dari pada Maret 2012. "Kalau Maret itu
hanya Rp 379.052 per kapita per bulan," ucapnya, Rabu (2/1).
Selain
mengalami peningkatan, angka tersebut juga berada di posisi pertama
dibanding kota lain yang diteliti. Untuk posisi kedua adalah Bangka
Belitung sebesar Rp 382.412, dan ketiga Kalimantan Timur sebesar Rp
363.887. "Ini per kapita lho, kalau anggota keluarganya ada 4 ya
dikalikan saja Rp 392.571. Berarti standar ekonomi warga miskin juga
sudah cukup tinggi," tuturnya.
Ia menyebut, jumlah penduduk di
bawah garis kemiskinan untuk periode Maret-September 2012 di Jakarta
juga mengalami peningkatan. Pada Maret 363,20 ribu (3,69 persen),
menjadi 366,77 ribu (3,70 persen). "Naik sekitar 3,57 ribu atau 0,01
persen. Ya memang tidak terlalu signifikan. Namun, ini yang terendah
dari 33 provinsi yang ada. Di atas Jakarta itu Bali 3,95 persen,
sedangkan yang paling tinggi Papua dengan 30,65 persen," tambahnya.
Menurut
Nyoto, naiknya angka tersebut bukan merupakan gagalnya program
pengentasan kemiskinan dari Pemprov DKI. Melainkan penurunan daya beli
dari masyarakat, karena kenaikan harga barang lebih cepat dibanding
pendapatan. "Program Pemprov DKI untuk kemiskinan itu hitungannya sudah
benar. Salah satu penyebabnya kenaikan harga lebih cepat dibanding
kenaikan pendapatan, sehingga daya beli menurun," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar