REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keberadaan dokter sangat dibutuhkan di
tengah masyarakat. Namun ternyata, Indonesia hingga kini masih
kekurangan tenaga dokter. Tak hanya itu, penyebarannya pun belum merata
di semua daerah.
''Perbandingan dokter dengan masyarakat saat ini
belum seimbang,'' ujar Wakil Menteri Kesehatan RI, Ali Ghufron Mukti,
di sela-sela peresmian gedung pendidikan profesi dokter di RSUD Waled,
Kabupaten Cirebon, Selasa (15/1).
Ali menyebutkan, jumlah dokter umum saat ini mencapai 80 ribu orang. Itu berarti, satu orang dokter harus melayani 3 ribu jiwa.
Menurut
Ali, jika dibandingkan dengan Malaysia, jumlah dokter di Indonesia juga
masih jauh lebih rendah. Di negeri jiran tersebut, satu orang dokter
melayani 1.100 jiwa.
Tak hanya kekurangan dokter, lanjut Ali,
penyebaran dokter di Indonesia juga belum merata. Saat ini, keberadaan
dokter lebih banyak di perkotaan dibandingkan di pedesaan.
Untuk
mengatasi kondisi tersebut, kata Ali, pihaknya berupaya mencetak
dokter-dokter baru yang berkualitas. Dia pun berharap, upaya tersebut
didukung oleh perguruan tinggi.
Ali menyatakan, para dokter itu
nantinya diwajibkan untuk bekerja dan menjadi dokter mandiri selama
setahun. Para dokter itupun akan diberikan insentif dari pemerintah
senilai Rp 1,2 juta per bulan. ''Para dokter baru itu ditempatkan di
rumah sakit tipe C dan D serta di puskesmas,'' tegas Ali.
Ali
menambahkan, selain mengupayakan munculnya dokter baru, pemerintah juga
berusaha menyebar para dokter ke daerah terpencil. Saat ini, pemerintah
sudah memiliki program dokter Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK), yang terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis. ''Para
dokter DTPK juga diberikan insentif,'' tutur Ali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar