REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dewan Pembina Lembaga Sosial Masyarakat
Indonesia Corruption Watch, Teten Masduki, menilai masyarakat saat ini
telah jenuh terhadap pelaksanaan pemilihan umum.
"Kejenuhan itu
nampak dari minimnya partisipasi pemilih dalam rangkaian pemilihan
kepala daerah di berbagai tempat belakangan ini," ujar Teten saat
berkunjung ke Bekasi, Minggu.
Menurut dia, angka golput pada Pemilihan Gubernur Jabar 2008 mencapai 35 persen dari total pemilih.
"Di
beberapa daerah yang baru melakukan pemilihan kepala daerah pun sama,
bahkan jumlahnya semakin tinggi. Misalnya di Kota Bekasi yang ikut
memilih hanya 48 persen dari DPT. Itu membahayakan demokrasi di
Indonesia," katanya.
Menurut dia, ada dua persoalan yang
melatarbelakangi terjadinya persoalan tersebut. Yakni, faktor ideologis
berupa ketiadaan calon yang mewakili aspirasi rakyat dan faktor teknis
berupa strategi pelaksanaan Pemilu.
"Yang Ideologis ini yang
harus disasar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk bersosialisasi ke
sejumlah pemilih rasional," ujarnya.
Menurut dia, kualitas
rekrumen calon pada tataran partai politik pun menjadi hal yang perlu
diperhatikan betul oleh pengurus partai.
"Jangan rekrut calon
yang jelek. Terlihat di Jakarta saat Jokowi maju sebagai Gubernur,
antusiasme warga langsung meningkat drastis," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar