REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Uni Eropa mencatat rekor tertinggi
dalam pengembangan obat-obat sintetik setara narkoba. Setidaknya, satu
jenis obat sintetik baru dipasarkan setiap pekannya di Benua Eropa.
Jumlah
pengecer obat-obatan terlarang di Eropa juga meningkat drastis. Jika
pada 2010 hanya ada 170 sindikat, maka tahun ini menjadi 693 sindikat.
Penyebaran obat-obat terlarang di pasar Eropa sebagian besarnya dipicu
kejahatan terorganisir.
Pusat Pemantauan Narkoba Uni Eropa
melaporkan penemuan tersebut pada Kamis (15/11). Sejumlah ahli mendata
obat-obatan jenis kokain, ekstasi, dan amfetamin masih menjadi pemain
utama yang diminati para pecandu narkoba di seluruh Eropa. Akan tetapi,
ketiga jenis tersebut sekarang mulai tersaingi dengan 57 jenis obat
sintetik baru.
The European Commissioner for Home Affairs,
Cecilia Malmström, mengaku terkejut dengan perkembangan pesar penjualan
obat sintetik jenis baru di Eropa.
"Obat-obat ini memainkan
peran sentral dalam pengembangan narkoba di Eropa. Dia menciptakan pasar
yang cepat, stabil, dan sulit untuk dikontrol," katanya dikutip dari the Guardian, Jumat (16/11).
Pemerintah
negara-negara Uni Eropa, kata Malmström, perlu merespon secara efektif
penyebaran narkoba di wilayahnya. Salah satu caranya adalah mengawasi
pabrik-pabrik manufaktur obat yang memproduksi bahan baku dari obat
sintetik itu.
Setidaknya ada 10 bahan dasar pembuatan obat
sintetik yang dijual legal di Eropa. Tiga di antaranya adalah kratom,
salvia, dan magic mushrooms. Bahan-bahan ini bahkan bisa dibeli dengan
cara online.
Survei Uni Eropa mengidentifikasi kenaikan jumlah
toko yang menawarkan bahan-bahan untuk pembuatan obat sintetik
berkualitas setara narkoba. Misalnya jenis cathinones yang menghasilkan
efek setara kokain.
Jenis ini juga dijadikan pedagang online
sebagai bahan pengganti mephedrone, yang telah dilarang penjualannya di
Inggris dan di seluruh Uni Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar