REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- PBB mendata lebih dari 34 anak-anak
diduga tewas di Suriah sejak gencatan senjata di Suriah. Genjatan
senjata antara aparat keamanan Presiden Bashar al-Assad dengan
kelompok-kelompok oposisi dimulai sejak 12 April.
Data kematian tersebut diungkapkan oleh salah seorang utusan PBB
untuk anak-anak dan konflik bersenjata, Radhika Coomaraswamy. "Saya
mendesak semua pihak di Suriah untuk menahan diri dari taktik
sembarangan sehingga mengakibatkan kematian dan melukai anak-anak,"
ujarnya, Selasa (1/5).
PBB telah menutup jalan keluar dari Suriah selama konflik. Jurnalis
pun dilarang, sehingga sulit untuk secara independen memverifikasi
rincian serangan dan korban. "Sejak gencatan senjata disepakati pada 12
April. Meskipun PBB memonitor gencatan senjata tersebut, lebih dari 34
anak diduga tewas," kata Coomaraswamy dalam sebuah pernyataan.
Observatorium yang berpusat di Inggris untuk Hak Asasi Manusia di
Suriah mengatakan dua anak termasuk di antara 10 orang tewas dalam
mortir serangan pada hari Senin di sebuah desa di utara provinsi Idlib.
Coomaraswamy juga mengatakan dalam kurun hari terakhir, sedikitnya satu
anak tewas selama protes anti-pemerintah dan tubuh seorang gadis
ditemukan diantara reruntuhan rumah yang ambruk di kota Hama.
Kekerasan tampaknya justtu meningkat setelah pelaksanaan gencatan
senjata. Padahal, sebanyak tigapuluh monitor PBB sudah disiagakan di
Suriah. Jumlah misi juga diperkirakan akan meningkat menjadi 50 pada
akhir pekan.
PBB mengatakan pasukan Suriah telah menewaskan lebih dari 9.000 orang
sejak pemberontakan terhadap Assad yang dimulai pada Maret 2011. Pihak
Damaskus mendata bahwa pemberontak telah menewaskan lebih dari 2.600
tentara dan polisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar