REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH---Pemerintah Nasional Palestina (PNA) dan
gerakan Islam Hamas menyeru Uni Eropa (UE) untuk menekan Israel agar
memenuhi tuntutan para tahanan yang melakukan aksi mogok makan.
Menteri urusan luar negeri Palestina, Riad al-Maliki, menyambut
seruan misi Uni Eropa di Yerusalem dan Ramallah agar Israel memberikan
perawatan medis bagi para tahanan yang mogok makan dan memperbaiki
kondisi penjara.
Al-Maliki mengatakan anggota Uni Eropa harus "menunjukkan seruan
tersebut ke dalam tindakan di lapangan dengan menempatkan lebih banyak
tekanan pada Israel."
Dia memperingatkan bahwa "waktu tidak di pihak siapapun dan bahwa kematian tahanan akan mempengaruhi stabilitas di wilayah ini."
Sementara itu, penguasa Gaza Hamas mengatakan bahwa seruan Uni Eropa
untuk Israel "tidak cukup," dan mengatakan bahwa Eropa harus mengambil
"langkah-langkah praktis untuk menyelamatkan para tahanan."
Dua dari warga Palestina di penjara-penjara Israel telah berpuasa
selama 72 hari untuk memprotes penahanan administratif mereka, satu
taktik yang memungkinkan Israel untuk menahan mereka tanpa biaya.
Pada 17 April, setidaknya 1.500 tahanan mulai melakukan mogok makan
untuk memprotes memperbaiki kondisi penjara dan memberikan perawatan
kesehatan.
Pemogokan dimulai secara individu oleh puluhan narapidana dalam
beberapa hari dan dilanjutkan beberapa pekan setelahnya, adalah protes
kolektif terbesar di penjara Israel. Israel menahan 4.700 warga
Palestina, 320 dari mereka menjalani apa yang disebut penahanan
administratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar