REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM---Tiga roket dari Jalur Gaza menghantam
Israel selatan, Minggu, namun tidak ada korban atau kerusakan, kata
polisi. "Sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza jatuh di daerah tak
berpenduduk dekat kota Sderot malam ini. Tidak ada korban atau
kerusakan," kata juru bicara kepolisian Lea Samri kepada AFP.
Ia menyatakan, dua roket lain yang ditembakkan ke Israel selatan
dekat kota Netivot sebelumnya pada Ahad mendarat di tempat terbuka, juga
tidak ada korban atau kerusakan harta-benda.
Sabtu malam, sebuah roket yang ditembakkan pesawat tak berawak Israel
mencederai dua orang Palestina yang naik sepeda-motor di Rafah di Jalur
Gaza. Menurut militer, orang-orang itu sedang dalam perjalanan untuk
menembakkan roket ke Israel. "Pesawat itu menggagalkan peluncuran roket
di Jalur Gaza selatan," kata seorang juru bicara militer kepada AFP.
Perbatasan Gaza-Israel yang tegang umumnya tenang sejak gencatan
senjata sponsoran Mesir meredam kekerasan yang meletus bulan lalu,
ketika serangan-serangan udara Israel di Gaza menewaskan 25 orang
Palestina dan pejuang Gaza menembakkan lebih dari 310 roket ke Israel.
Pertumpahan darah mulai terjadi Jumat sore (9/3) ketika serangan
udara Israel menewaskan pemimpin Komite Perlawanan Rakyat (PRC) Zuhair
al-Qaisi, yang dituduh merencanakan, mendanai dan mengarahkan" serangan
lintas-batas mematikan ke Israel dari Sinai Mesir pada Agustus lalu, dan
juga operasi-operasi lain.
Pembunuhan pemimpin PRC itu menyulut peningkatan tajam kekerasan
lintas batas, dimana 15 warga Gaza tewas dalam serangan Israel dan lebih
dari 100 roket ditembakkan pejuang Gaza ke Israel.
Insiden itu merupakan masa 24 jam paling mematikan di dan sekitar
Gaza dalam waktu lebih dari tiga tahun. Sejak itu Israel melancarkan
serangan-serangan udara yang menewaskan 25 orang, sebagian besar pejuang
Palestina.
Ratusan roket pejuang Palestina dari Gaza juga menghantam wilayah
Israel selama kekerasan itu. Pada Desember 2011, delapan orang tewas
dalam serangkaian serangan udara Israel, enam diantaranya gerilyawan.
Kekerasan berlangsung di dan sekitar Gaza pada November namun tidak
memburuk ke tingkatan seperti yang terjadi pada 29-30 Oktober yang
menewaskan 12 gerilyawan Palestina dan seorang warga Israel.
Kelompok-kelompok pejuang Palestina menyatakan, mereka melaksanakan
gencatan senjata yang ditengahi Mesir namun akan membalas jika diserang
Israel.
Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang selama beberapa pekan
setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di Israel
selatan yang menewaskan delapan orang Israel.
Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari
Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah
Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir. Lima personel keamanan Mesir dan
tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.
Suasana memanas antara Hamas dan Israel sejak serangan lintas-batas
itu. Sejumlah orang Palestina tewas dalam gempuran-gempuran udara Israel
ke Gaza setelah itu.
Bulan Juli terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil lain
yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang
setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank
menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.
Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang menewaskan
sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak ofensif 22
hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar