Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Selasa, 04 Desember 2012

Pelajar Bunuh Anaknya Usai Melahirkan

TRIBUNNEWS.COM  SAMBAS,- , seorang remaja putri dan pelajar kelas satu SLTA di Sambas, AS (17) harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan mendekam di dalam sel Mapolres Sambas karena tega membunuh anak lelaki yang baru saja dilahirkan sekitar pukul 23.00 WIB, Rabu (21/11/2012) di Sajingan Besar.

"Tersangka melakukan perbuatannya di sebuah pondok , yang saat itu tersangka merasa kesakitan akan melahirkan hasil hubungannya dengan AL. Kemudian tersangka menuju pondok kebun durian milik orangtuanya di kebun ditemani adiknya," ujar Kapolres Sambas, AKBP Pahala HM Panjaitan melalui Kasatreskrim Polres Sambas, AKP Dudung Setiawan kepada wartawan, Senin (3/12/2012).
Dikatakan, sekitar pukul 21.00 tersangka menyuruh adiknya untuk pulang. Tidak berapa lama tersangka mengalami kesakitan dan melahirkan seorang bayi. "Tersangka memutuskan sendiri tali pusar anaknya dengan menggunakan sebilah parang, karena panik mendengarkan suara tangisan anaknya dia lalu mendekap mulut anaknya," katanya.
Berdasarkan keterangan tersangka kepada penyidik, tersangka hendak mengubur anaknya yang baru saja dilahirkan dalam keadaaan bernyawa. Kemudian tersangka menggendong anaknya menuju ke arah hutan kebun durian, dan sekitar tujuh meter tersangka jatuh ke tanah dan bayinya juga terlepas dari gendongan.
Takut anaknya menangis, tersangka kemudian menyayat leher anaknya hingga tewas. Tak lama kemudian tersangka melihat sorot senter yang mengarah ke pondok kebun durian.
Tersangka menyimpan bayi yang baru saja dibunuhnya di semak-semak hutan kebun durian, dan meninggalkannya kembali ke pondok membersihkan darah sisa melahirkan di pondok. Tak berapa kemudian, tersangka kembali ke rumah orangtuanya.
Orangtua korban tak mengetahui apa yang telah dilakukan tersangka, dan menanyakan kondisi tersangka, namun tersangka menjawab tidak terjadi apa-apa. Tersangka kembali ke semak-semak hutan kebun dengan membawa kantong plastik dan tas.
Selanjutnya memasukkan mayat bayi yang baru saja dilahirkannya kedalam kantong plastik, dan memasukkan mayat bayi tersebut ke dalam tas. Jasad bayinya itu ia kubur di kebun karet yang jauh dari kediaman orangtuanya.
Kasatreskrim Polres Sambas, AKP Dudung Setiawan mengatakan kasus pembunuhan ini terkuat berdasarkan informasi yang diberikan warga kepada pihak kepolisian, dan pihak kepolisian langsung bergerak melakukan penangkapan terhadap tersangka.
Tersangka dan pacarnya AL dikenakan Pasal 80 ayat 3 UU Perlindungan Anak dengan ancaman delapan tahun, ditambah karena anaknya sendiri yang dibunuhnya mendapat tambahan penjara sepertiga lagi. Selain juga terancam 341 KUHP dengan ancaman tujuh tahun penjara atau dikenakan pasal berlapis. "Untuk pacarnya AL, masih dalam pencarian karena melarikan diri dan kita masih melakukan pengejaran," katanya.
Ketika Tribun menanyakan ke tersangka di sel Mapolres Sambas, apakah menyesal telah membunuh anaknya yang baru usai dilahirkan, tersangka mengangguk mengiyakan bahwa dirinya menyesal.
Tokoh Masyarakat prihatin
Kasus pembunuhan terhadap anak kandung sendiri yang dilakukan pelajar berinisial AS (17) itu mengundang keprihatinan tokoh masyarakat Sambas, Bartolomeus.
"Saya memang mendapatkan informasi, kebetulan anak saya juga bertugas sebagai bidan di perbatasan, saya menanyakan perihal tersebut ke anak saya dan memang betul telah terjadi kasus tersebut," ujar Bartolomeus kepada Tribun, Senin (3/12/2012).
Bartolomues menyatakan sangat kasihan pada AS, karena dia tidak punya ibu lagi. "Ibunya telah meninggal beberapa tahun lalu, sedangkan ayahnya sibuk mencari nafkah dengan bertukang bahkan jarang pulang ke rumah dan melihat kondisi anak-anaknya," ujarnya.
Ia mengungkapkan dirinya kenal ayah tersangka. "Dulu ayahnya memang orang yang dianggap mampu, bahkan dulu ayahnya punya rumah di Sambas. Namun seiring berjalan waktu dan ekonomi keluarganya merosot ketika ibunya meninggal. Ayahnya juga jarang berkomunikasi dengan anaknya yang menjadi tersangka tersebut," katanya.
"Kalau kita melihat kejadian ini, bahwa si anak tersebut panik dimana ia tidak ada lagi tempat mengadukan masalahnya. Mungkin akan berbeda kalau ibunya masih hidup, tentunya dia akan mengadu setiap masalah ke ibu, karena ibu lebih dekat dengan anak-anak, memang seperti itulah faktor psikologis anak," ujar Bartolomeus.
Menurutnya dengan kepanikan tersebut, akan mengarah anak berbuat negatif dan tanpa berpikir panjang. "Kalau mengadu ke ayah, mungkin anak tersebut takut dimarahi atau merasa tidak terlindungi lagi, dimana dia harus membesarkan anaknya, namun kita harapkan tidak sampai terjadi pembunuhan seperti itu," katanya.
"Orangtua juga harus sering berkomunikasi dengan anak-anaknya, agar anaknya merasa dekat. Masyarakat juga berperan penting, karena tidak mungkin masyarakat tidak tahu atas perkembangan fisik si anak tersebut," ujar Bartolomeus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar