Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Jumat, 04 November 2011

Pasien Jamkesmas Tewas, Diduga Dicuekin Rumah Sakit


TRIBUNNEWS.COM, BITUNG - Malang betul nasib Alfian Masyuri (33), nyeri dibagian dada ajal pun menjemputnya setelah pihak Rumah Sakit Umum (RSU) Kandou terkesan cuek, Sabtu lalu (29/10/2011).

Saat ditemui dikediaman orang tuanya, Mateos Masuri (64), ayah kandung Alfian menuturkan, awal mula dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manembo-nembo Bitung, yang saat itu sekitar pukul 23.00 Wita.
"Anak saya mengeluh dibawa ke Manembo-nembo, diperiksa medis rumah sakit, dibilang harus dibawa ke Manado," ungkapnya kepada Tribun Manado, di Jalan SD Inpress, Wangurer Timur Lingkungan IV, RT 08, Kamis (3/11/2011).
Ia menuturkan, alasan medis RSUD Manembo-nembo harus dibawa ke Manado RSU Kandou karena menyediakan obat dan alat medis yang lebih lengkap.
"Kami ajukan rujukan layanan Jamkesmas. Lalu di antar pakai ambulance Askes ke Manado sampai lokasi sekitar jam 12 malam," katanya.
Usai tiba di RSU Kandou, menemui tim medis dengan menyodorkan Jamkesmas. Ketika itu tutur Mateos, ditanyakan identitas diri pasien.
"Sudah beri keterangan suster pergi. Tapi aneh sekali sudah kumpul data identitas tidak segera kembali, kami bertanya-tanya kenapa ini," ujar Mateos.
Menunggu kepastian, saat jarum jam menunjukan pukul 01.30 Wita, Alfian hanya duduk di ruang tunggu pasien.
"Anak saya sambil rintih kesakitan. Waduh dada saya rasa nyeri ini," ujar Mateos mengulangi perkataan Alfian.
Namun kondisi Alfian yang semakin kritis, lantas tidak membuat medis segera menangani secara cepat menuntaskan.
"Kami tunggu-tunggu belum ada jawaban, padahal di sekitar ruang tunggu pasien saya lihat banyak petugas medis yang lalu-lalang," kata Mateos.
Ketika jarum jam menunjukkan sekitar pukul 01.30 Wita, Alfian tubuhnya tersungkur, tutur Mateos. Karena kondisi Alfian menunjukan lemah, dirinya menelentangkan badannya di kursi ruang tunggu pasien, terlihat kejang-kejang hingga tidak sadarkan diri, meninggal dunia.
"Baru waktu saat kejang-kejang ada medis yang tanggap menolong, mencoba berikan tabung oksigen, tapi nyawanya tidak tertolong," ungkapnya.
Ditambahkan, Aneke Lomboan (32), kakak ipar Alfian, menuturkan, setiap harinya Alfian bekerja sebagai tukang ojek di lorong SD Inpres, meninggalkan seorang anak laki-laki.
Melihat kondisi tersebut, Jongfajar Klub melalui Public Relation Sri Yuriza, menuturkan, hal ini adalah cerminan kelemahan pelayanan kesehatan di Indonesia dan mencoreng keberadaan Undang-undang (UU) Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) yang baru disahkan.
"Peristiwa ini dapat menjadi pelajaran bagi kita, harus ada perbaikan jangan sampai lagi terulang," tegas
Karena itulah, keberadaan UU BPJS diharapkan kedepan sangat memberikan keuntungan jaminan kesehatan bagi masyarakat banyak.
"Semoga UU BPJS mamu beri perlindungan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa membedakan apakah mereka pekerja formal atau informal, apakah dia kaya atau miskin," tegasnya.
Jangan sampai, tambahnya, keberadaan UU BPJS tidak dijalankan sesuai komitmen, tetapi harusnya ditingkat lapangan harus diwujudkan dan terlaksana secara baik.
"Untuk apa kalau peraturan hanya indah di kertas tetapi nasib-nasib serupa seperti Alfian masih terjadi, rakyat akan kecewa, kewibawaan pemerintah akan hilang," ujar Sri.(bdi)

Editor: Prawira Maulana  |  Sumber: Tribun Manado

Tidak ada komentar:

Posting Komentar