Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Sabtu, 30 Juli 2011

Nyanyian Nazaruddin, dan Lagu ‘Sumbang’ Iwan Fals


TRIBUNNEWS.COM - Apakah nyanyian Nazaruddin ini fakta hukum atau katanya, atau sekadarnya nyanyian halusinasi bernada sumbang yang telah membuat banyak orang kebakaran jenggot tersentil oleh nyanyiannya. Tapi setidaknya nyanyian Nazaruddin bernada sumbang ini bukan hanya dianggap telah menimbulkan gelombang prahara bagi partai Demokrat, tapi juga bikin heboh dunia perpolitikan negeri ini. Bahkan nyanyian Nazaruddin ini kini popularistasnya jauh melampaui lagu ‘Nyasaruddin’ yang mengkritisi mantan bendahara partai Demokrat, yang dinyanyikan keluarga Hari Widiyanto asal Pasuruan – Jawa Timur. 


Lalu kayak apa sebenarnya nyanyian Nazaruddin. Di sini saya tidak ingin lagi mengulang isi pesan yang dikirim lewat BlackBerry Messenger, atau teleconference di beberapa televisi, maupun wawancara eksklusifnya dengan Amir Piliang via skype di Metro TV. Di mana dalam nyanyiannya, Nazaruddin juga menuding sejumlah nama, pejabat dan elit politik yang tersangkut dalam skandal suap, korupsi, maupun money politics terkait dengan kasus yang membelitnya.

Lalu kayak apa sebenarnya inti dari lirik lagu nyanyian Nazaruddin yang kini jadi hit makers di panggung politik Indonesia, dan menghiasi berita terdepan media massa. Kalau kita simak dan cermati, bahwa sebenarnya substansi dari lirik lagu nyanyian Nazaruddin ini merupakan representasi lagu kritik sosialnya Iwan Fals, berjudul ‘Sumbang’. Lewat lagu berjudul ‘Sumbang’, Iwan Fals mengkritisi prilaku para politikus yang menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan. Sebagaimana tersirat dalam lirik lagu tersebut; ‘Maling teriak maling, sembunyi balik dinding, pengecut lari terkencing-kencing, tikam dari belakang, lawan lengah diterjang, lalu sibuk mencari kambing hitam.’

Politik ‘Sumbang’ inilah yang kini dinyanyikan Nazaruddin secara gamblang membuka kebobrokan sepak terjang elit politik kita. Dan, inikah atau inilah potret dunia perpolitikan kita sesungguhnya? Atau, inikah atau inilah potret prilaku elit politik kita yang mengabaikan berpolitik bersih dan santun? Ataukah memang dunia politik atau prilaku elit politik kita sudah menjurus ke animal politics. Di mana dalam lagu ‘Sumbang’, prilaku animal politics ini digambarkan sebagai; ‘Setan setan politikdatang mencekik, walau dimasa paceklik tetap mencekik. Apakah selamanya politik itu kejam? Apakah selamanya dia datang untuk menghantam?Ataukah memang itu yang sudah digariskan; menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak hak sewajarnya.’ Maling teriak maling!

Politik ‘Sumbang’ inilah yang kini dipertontonkan oleh elit politik kita, yang menghias dan jadi aktualitas berita hari ini di media massa. Mereka saling berpencak silat lidah, saling sikut dan hasut, saling mencari kambing hitam. Rakyat pun dibodohi dan kecolongan, karena salah pilih wakilnya yang lagi saling berteriak berteriak; maling teriak maling. Sementara sang dalang senang tertawa terbahak-bahak ha..ha..ha..!!!

Dunia politik penuh dengan intrik, begitu kata Iwan Fals bahwa politik itu asik nggak asik. Tapi setidaknya sebagaimana diserukan saat launching kelompok musik Kantata Barock di rumah Setiawan Djody (10/7); marilah kita berbudaya dengan akal sehat, etika, dan estetika. Begitu halnya dalam kehidupan politik, marilah kita berbudaya politik dengan akal sehat, etika dan estetika. Bukan dengan penghalalan cara-cara politik “Sumbang” sebagaimana di lagunya Iwan Fals; maling teriak maling, dan seterusnya!

(Alex Palit; anggota Forum Apresiasi Musik Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar