Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Selasa, 28 Juni 2011

Uang dari Bupati pun Disunat








 
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sawinah, ibu kandung Darsem, mengungkapkan rumah yang kini ditempatinya bersama suami dan cucunya, dulu tidak tampak seperti yang disaksikan Tribunnews.com,  Minggu (26/6/2011).
  Sebelum mendapat bantuan dari Bupati Subang, Eep, Sawinah tinggal di sebuah rumah yang berdindingkan bambu dan berlantaikan semen biasa.
"Waktu itu, pas soal Darsem lagi ramai-ramainya, kami dikasih uang Pak Eep (Bupati Subang) Rp 17 juta. Tapi enggak semuanya dipakai untuk renovasi rumah, seperti Anda lihat sekarang ini," ungkap Sawinah.
Diakui, keluarga Darsem harus mengeluarkan uang Rp 2 juta untuk mengurus pencairan uang bantuan bupati itu. "Adalah uang rokoknya. Dari Rp 17 juta itu, buat uang rokok Rp 2 juta. Jadinya Rp 15 juta untuk rehab rumah ditambah ngebor (sumur)," lanjutnya.
Rumah Sawinah yang sebelumnya dihuni bersama Darsem tampak lebih rapi dengan dinding triplek bercat biru. Lantainya nyaman diinjak karena dilapisi keramik warna putih.
Selain bangunan utama yang dihuni Sawinah bersama suaminya, Daud Tawar, tampak sebuah bangunan rumah berukuran lebih kecil di sampingnya. Bangunan dengan bahan konstruksi sama itu ditempati Sarmen, nenek Darsem.
Memasuki ruang tamu, terdapat sofa berwarna hijau. Ada juga sebuah almari kayu dengan hiasan ukiran. "Tapi itu bukan dibeli dari uang yang dikasih Pak Bupati," tegas Sawinah.
Daud menambahkan, untuk merenovasi rumah, ia terpaksa nombok. Pembangunan rumah itu menelan biaya sekitar Rp 18,5 juta, sedang bantuan Bupati Subang Rp 17 juta dipotong Rp 2 juta. "Kalau kursi (sofa) dan almari itu bantuan dari TVOne. Ini HP (ponsel) juga dari mereka," kata Daud.
Bersyukur
Sarmen, nenek Darsem, mengaku tempat tinggalnya terasa lebih nyaman setelah mendapat bantuan dari bupati dan dermawan lainnya. "Ini rumah dibangun karena bantuan Pak Bupati. Kalau tidak, ya enggak seperti ini," ujarnya.
Ia mengaku bersyukur masih ada pihak yang mau membantu. "Mbah bersyukur masih ada orang yang mau bantu. Kalau Mbah sih inginnya ke Bandung saja. Mau cari sampah, jadi pemulung, yang penting halal,"  kata Sarmen.
Dalam kesempatan itu ia menyatakan ingin sekali bertemu Darsem. "Sudah dua hari terus teringat cucu (Darsem). Kalau nggak datang-datang, saya bisa mati," ungkap Sarmen.(Habis)

Penulis: Yogi Gustaman  |   Editor: Ade Mayasanto
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar