REPUBLIKA.CO.ID, KRASNOYARSK -- Ahli fisika Rusia, Valentin Danilov,
dibebaskan pada Sabtu (24/11) setelah mendekam delapan tahun di penjara.
Dia dihukum tuduhan menjadi mata-mata Cina saat masa jabatan pertama
Presiden Vladimir Putin.
Danilov (66 tahun) segera setelah
pembebasan bersayaratnya di kota Krasnoyarsk, Siberia, menyatakan
menganggap dirinya tahanan politik karena informasi yang ia berikan
bukan rahasia. "Saya akan sangat menghargai jika ada orang mengemukakan
kepada saya rahasia apa yang saya jual," katanya.
Daniov
tersenyum, bercanda dan tertawa dengan wartawan. Menjawab pertanyaan
tentang kesehatannya, ahli fisika itu mengatakan, "Saya sehat. Jika
tidak sehat saya tidak akan berada di sini."
Para aktivis hak
asasi manusia menganggap kasus Danilov sebagai satu contoh tindakan
Kremlin menggunakan pengadilan-pengadilan untuk membungkamkan lawan
politiknya, kendatipun Putin yang menjadi presiden dari tahun 2000
sampai 2008 dan dipilih kembali untuk masa jabatan ketiga Mei lalu,
membantah mempengaruhi pengadilan-pengadilan.
Danilov dihukum
tahun 2004 tetapi ia telah ditahan sebelumnya dalam selama disidangkan.
Pengadilan Krasnoyarsk memutuskan memberikan pembebasan bersyarat awal
bulan ini.
Danilov yang pertama kali ditahan tahun 2001, adalah
periset di Universitas Negeri Krasnoyarsk. Ia mengaku menjual informasi
tentang teknologi satelit kepada satu perusahaan Cina tetapi mengatakan
informasi itu bisa diperoleh dari sumber-sumber publik.
Pengadilan
dalam satu keputusan awal yang membebaskan dia menyatakan ia tidak
bersalah dan dibebaskan, tetapi kemudian dalam dalam sidang kedua ia
dihukum. Kasus Danilov adalah satu dari beberapa kasus selama masa
jabatan pertama Putin sebagai presiden yang dianggap oleh para lawan
politiknya sebagai satu usaha untuk mengintimidasi para ilmuwan yang
punya hubungan dengan negara-negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar