Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Pada Blog Kami

Minggu, 01 Januari 2012

Ekspor Komoditas Dari Sumut Masih Jadi Andalan


TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Selain investasi, kinerja ekspor Sumut khususnya sektor pertanian dan perkebunan, sepanjang  2011 memang masih positif. Hal ini ini juga diakui Kabid Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Medan, Mikael Budisatrio.

Meski Sumatera Utara kembali dibebankan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada 2012, plus posisinya sebagai emerging market yang harus siap terkena imbas krisis global di Eropa dan Amerika, namun potensi positif neraca perdagangan internasional diyakini mampu menyokong pertumbuhan ekonomi Sumut tahun ini.
Pertimbangannya, neraca ekspor dan impor tumbuh pesat di sepanjang 2011. Ekspor Sumut hingga Oktober 2011 telah mencapai 9,41 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 10,10 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Nilai impor juga meningkat mencapai 3,12 miliar dolar AS, sehingga salah satu basis pertumbuhan diyakini kuat masih berada di sektor perdagangan.
"Tapi kita juga harus mempertimbangkan sisi angka inflasi pada 2012. Kalau angkanya bisa dipastikan sebesar 5 persen ± 1 persen, pertumbuhan ekonomi pasti bisa dipacu. Stabilitas produksi yang berkesinambungan dan pembenahan tata niaga mutlak diperlukan. Basis ekspor dan investasi khususnya perlu ditingkatkan guna pencapaian tersebut," katanya di Medan, Sabtu (31/12/2011).
Tercatat, hingga Oktober 2011 nilai ekspor dari Sumut mencapai 3,42 miliar dolar AS yang seluruh sektor mengalami peningkatan dibanding periode sama tahun 2010.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Suharno mengatakan persentase peningkatan tertinggi berasal dari ekspor sektor pertanian dan perkebunan yang mengalami peningkatan hingga 61,08 persen yaitu dari 2,12 miliar dolar AS menjadi 3,42 miliar dolar AS.
Diikuti nilai ekspor untuk produk industri sebesar 23,65 persen, yaitu dari 5,19 miliar dolar AS menjadi 6,41 miliar dolar AS dan produk pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan hingga 315,34 persen yaitu dari 1,88 juta dolar AS menjadi 1,79 juta dolar AS.
"Penurunan pertumbuhan ekspor ini didukung dengan melemahnya kinerja ekspor CPO dan karet Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditas terbesar ekspor, dan penurunan harga komoditas-komoditas tersebut di pasar internasional. Pangsa ekspor sektor industri masih sangat dominan yaitu 65,16 persen dari total ekspor Sumut. Pangsa ekspor dari sektor pertanian sebesar 34,76 persen, sementara dari sektor pertambangan dan penggalian relatif kecil yaitu 0,08 persen," katanya.
Nilai ekspor terbesar masih didominasi oleh karet yang mencapai 299,06 juta dolar AS (34,08 persen), disusul kopi sebesar 45,39 juta dolar AS (5,17 persen).
Negara Jepang, China, India, dan Korea Selatan merupakan pangsa ekspor terbesar untuk kawasan ini, masing-masing sebesar 124,77 juta dolar AS, 103,34 juta dolar AS, 86,63 juta dolar AS dan 19,21 juta dolar AS, Malaysia dan Singapura untuk kawasan ASEAN dengan nilai ekspor masing‑masing sebesar 34,05 juta dolar AS, dan 26,21 juta dolar AS.
Khusus untuk sektor investasi, estimasi BI, secara teknis pertumbuhan yang tinggi dan berkesinambungan potensinya mampu berada pada tingkat 7 persen, apabila ditopang pertumbuhan investasi minimal 12 persen setiap tahun. Untuk mencapai angka itu, butuh pertumbuhan akumulasi kapital dan produktivitas untuk meningkatkan daya saing. Selain ekspektasi keuntungan, iklim investasi, masalah ketersediaan pembiayaan juga dikhawatirkan masih menghambat pencapaian tersebut. (ers)

Editor: Hendra Gunawan  |  Sumber: Tribun Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar