REPUBLIKA.CO.ID, Suriah -- Menurut seorang pejabat AS, pada hari Jumat
kemarin Menlu AS Hillary Clinton terlibat pembicaraan membahas peran
Arab Saudi dalam menjaga kestabilan pasokan minyak dunia dengan Raja
Saudi, Abdullah.
Amerika Serikat dan Arab Saudi, eksportir minyak
terbesar di dunia, telah bekerja sama sejak tahun 1940, meskipun mereka
sempat terlibat perselisihan mengenai bagaimana mengatasi pemberontakan
rakyat Arab yang membuat hubungan keduanya menjadi tegang.
Amerika
Serikat dan negara-negara konsumen lainnya khawatir Arab Saudi mungkin
akan mengurangi produksi minyak jika mereka melepaskan cadangan darurat
yang mereka miliki. Ini dilakukan sebagai strategi mereka untuk
menetralkan keadaan dan mendinginkan pasar energi dunia.
Pada
Jumat kemarin Clinton bertemu dengan raja, Menteri Luar Negeri Saudi
Pangeran Saud al-Faisal dan pejabat lain dari kerajaan Teluk di Riyadh,
sehari sebelum menteri luar negeri dari Negara-negara Teluk bertemu
dengan para pejabat AS untuk membahas keamanan regional.
"Mereka
berbicara tentang penjagaan pasokan minyak global yang dimiliki oleh
Arab Saudi. Serta peran penting Arab Saudi yang bermain dalam
perdagangan minyak dunia," kata seorang pejabat senior Departemen
Amerika Serikat kepada wartawan.
Para diplomat dan sumber-sumber
industri mengatakan bahwa dalam pekan ini negara-negara Barat mungkin
ingin Clinton untuk mencari jaminan bahwa Saudi tidak akan melemahkan
upaya mereka untuk memotong biaya bahan bakar mereka.
Harga
minyak telah meningkat tajam sejak awal tahun ini, pada satu titik
puncaknya $ 128 per barel, terutama karena sanksi yang diperluas
dikenakan pada eksportir minyak utama Iran bertujuan memperlambat
sengketa program nuklirnya. "Kepentingan bersama kami dalam menjaga
stabilitas di pasar minyak telah dibahas," ujar pejabat tersebut
mengenai pembicaraan yang terjadi selama pertemuan antara Clinton dan
pemimpin Saudi.
Pejabat itu mengatakan bahwa pembicaraan Clinton
dengan para pejabat Saudi yang terjadi pada Jumat kemarin juga membahas
diskusi tentang rencana untuk meningkatkan kemampuan pertahanan rudal di
Teluk, reformasi dan peran perempuan di Arab Saudi, perundingan
multilateral tentang program nuklir Iran, dan Suriah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar